Satu

35.7K 1.3K 31
                                    

Suasana gudang yang sepi dan temaram membuat Mella semakin gugup duduk dibangku yang memang sudah ada di sana. Telapak tangan dan kakinya sudah sedingin es memikirkan apa yang akan dia lakukan sebentar lagi.

Mella melirik pintu gudang yang sudah tertutup rapat. Semua siswa SMA 1 BIRU sudah pulang karena bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak dua puluh menit yang lalu.

"Gimana? Udah siap?" Dimas menggenggam kedua tangan Mella, bertanya dengan lembut.

"Eng ... G-gue---"

"Gak papa, Mell. Gak usah takut. Lo percaya 'kan sama gue?"

Mella memandang wajah tampan Dimas yang menatapnya dengan sungguh-sungguh, pacarnya sejak satu setengah bulan yang lalu. Mella memantapkan hatinya, kemudian mengangguk dua kali sebagai persetujuan yang disambut Dimas dengan senyum lebarnya.

Kini Dimas menuntun Mella duduk di atas matras, tangannya melepaskan ikat rambut Mella membuat rambut hitam panjangnya tergerai indah. Tangan Dimas mulai mengelus wajah cantik Mella. Sudah lama sekali dia ingin mendapatkan Mella seutuhnya dan sekarang adalah kesempatannya.

Mella memejamkan matanya ketika Dimas maju kemudian mengecup tipis sudut bibirnya. Jantungnya semakin bertalu-talu dengan keras, bibirnya kelu dan tubuhnya menjadi kaku. Tangan Dimas berpindah melepas kancing seragamnya.

Satu kancing.

Dua kancing.

Tig---

BRAKK!

Suara pintu yang didobrak membuat keduanya mengalihkan pandangan kearah suara. Mata Mella melotot setelah sadar siapa yang kini berdiri di depan pintu dengan wajah penuh amarah.

"Anjing! Lo apain Mella hah!" Aksa berjalan cepat menarik bahu Dimas kemudian melayangkan tinjunya pada hidung Dimas yang langsung membuatnya tersungkur.

Dimas menutup hidungnya yang mengeluarkan darah. "Apa-apaan lo! Ini bukan urusan lo! Mella itu pacar gue!" bentak Dimas, langsung mendorong Aksa hingga terjatuh kelantai berdebu dan balas menghajarnya.

Bugh. Bugh.

Pelipis dan bibir Aksa robek oleh tinjuan keras Dimas. pandangannya sedikit berkunang-kunang tapi dengan cepat dia kembali berdiri kemudian memukul Dimas membabi buta. Kali ini Aksa tidak meberikan Dimas kesempatan untuk membalas.

"Aksa stop!" Mella berteriak dengan wajah pias. Ini diluar dugaannya, karena sebelumnya Aksa memberitahunya kalau dia akan pergi mengurus sesuatu.

Aksa menaiki perut Dimas untuk mengunci pergerakannya kemudian kembali melayangkan tinjunya diwajah dan badan Dimas. Teriakan Mella dan wajah Dimas yang penuh darah tidak ia hiraukan. Perbuatan Dimas pada Mella sangat keterlaluan membuat amarahnya langsung berada dilevel terpuncak.

"Sekarang Mella bukan pacar lo lagi. Inget itu, dasar sampah!!"

Aksa melepaskan Dimas yang sudah tidak berdaya, amarah masih jelas terpancar dimatanya walaupun sudah terlampiaskan pada Dimas. Kini dia berjalan meraih tas hijau tosca Mella, memakainya dipundak kemudian menghampiri Mella yang terlihat pucat pasi, masih dengan napas terengah.

"Jangan seperti itu lagi." kata Aksa pelan, mengelap sisa darah ditangannya pada seragam yang dia gunakan kemudian mengancingkan seragam Mella satu persatu seperti semula.

LOST [Tamat]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora