Tiga puluh satu

9.2K 350 4
                                    

Cek mulmed🎶
Ocean Eyes - Billie Eilish
__________

Gelembung udara naik dengan cepat seiring Mella menghembuskan napasnya di dalam bathup yang dipenuhi air. Matanya terbuka membuat ia dapat melihat cahaya lampu yang berpendar dari bawah air, ia diam dan membiarkan rambutnya menari-nari melewati wajahnya.

57 ... 58 ... 59 ...

Aku gila ...

Aku perempuan sakit jiwa ...

Aku berantakan. Hancur. Tidak berarti.

Mella tidak yakin ia bisa menangis dalam air, tapi ketika matanya tertutup, ia merasakan panas di sana. Seperti hatinya.

Kepalanya muncul dari dalam air, menatap lembut ke depan saat ia melihat sosok Ravindra di sana. Sejenak hatinya menghangat, namun kembali mengeras saat ia sadar itu hanya kepingan memorinya di masa lalu. Nyatanya ia sendiri sekarang, tidak ada siapa-siapa di rumah ini selain dirinya dan Dimas di gudang sana.

"Mahesa, aku ... takut." Mella menangis tanpa suara, membiarkan tubuh telanjangnya diselimuti hawa dingin yang menusuk.

Matanya tak berhenti mengeluarkan air, sebelah tangannya meraih lilin aroma terapi, membiarkannya meleleh ditangan dan dadanya. Dia benci api, selain panas, api juga menakutkan karena bisa menghanguskan segalanya. Ibunya, dirinya, semuanya hilang.

Dirinya sekarang hanya tubuh tanpa jiwa yang menginginkan seseorang menjadi temannya. Teman untuk menemaninya merasakan kesedihan dan kehancuran.

Ponselnya berdering, membuat matanya teralihkan dari api kecil yang ada dililin. Pandangannya melihat nama pemanggil yang tertera diponsel, menatap cukup lama sebelum mengangkatnya.

Dia diam, menunggu seseorang diseberang sana berbicara lebih dulu.

"Mereka sudah menikah. Acaranya berlangsung di rumah Ravindra dan selesai setengah jam lalu, sekarang mereka sudah ada di apartemen Ravi---"

Mella tidak membiarkan penelpon itu menyelesaikan informasinya, ponselnya lebih dulu dimatikan dan ia lempar sembarang arah. Dengan mata yang memancar penuh kesakitan, ia kembali menenggelamkan tubuhnya dan membiarkan lilin yang ada ditangannya mati seiring ikut tenggelam bersamanya.

Semuanya selesai ...

Pada akhirnya, ia hanya bisa tenggelam sendirian. Tanpa teman.

Lama sekali setelah ia menenggelamkan tubuhnya hingga oksigen diparu-parunya hampir habis, sebuah pikiran melintas diotaknya.

Kepalanya menyembul keluar bersama seringaian kecil di sudut bibirnya.

Pada Dimas saja ia tega, jadi tidak masalah membuat Ravindra juga bernasib sama, batinnya.

"Hmm hemm ...." Mella bersenandung lirih, keluar dari bathup dengan mata sayu dan seringaiannya.

Tangannya meraih handuk kemudian melilitkannya ditubuh. Sepanjang jalan menuju kamar dan memakai pakaian, ia bersenandung lirih penuh misteri. Mimik wajahnya hampir mirip dengan tokoh psikopat dalam film, namun ia tidak begitu.

Caramella hanya menginginkan teman yang bisa menemaninya di hidup dan matinya.

Mella berjalan menuju gudang sembari membawa kantong plastik yang diberikan Dino. Dengan pelan, ia membuka peti itu dan menampilkan Dimas dengan wajah pucatnya terbujur kaku.

"Hai, kamu baik-baik saja? Wajahmu pucat." ujar Mella dan terkekeh pelan. "Maafkan aku, pasti aku membuatmu takut. Aku sengaja tidak memasang lampu dan menutup ventilasi, kalau tidak pasti badanmu akan hancur. Kamu mau tetap tampan, kan? Jadi aku mulai saja ya?"

LOST [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang