Dua puluh dua

8.1K 481 3
                                    

Cek mulmed🎶
Natalie Taylor - Come To This
__________

"Aku muak! Tidak adakah seorangpun yang ingin bersamaku!? Aku benci sendiri ... aku takut ..."

Teriakan Mella melemah seiring tangis yang semakin tergugu. Semuanya meninggalkannya. Bahkan dia, yang sebelumnya Mella anggap akan menemani sepanjang waktu, kini pergi tanpa meninggalkan penjelasan. Tanpa pesan ataupun surat untuk menyuruhnya tetap menunggu. Pergi begitu saja meninggalkan luka, bahkan sebelum luka lamanya sempat mengering. Sangat sakit.

Mella terduduk dibibir pantai, lelah sudah menopang rasa yang kian membesar setiap detiknya. Tak ia hiraukan pasir yang kini menempel dikulit dan angin malam yang menari-nari menyapa tubuhnya yang hanya berlapiskan kaos tipis dan celana training usang.

Air laut yang perlahan pasang dan surut menyentuh kakinya yang tanpa alas, seakan mengajaknya pergi bersama. Apakah jalan hidupnya memang ditakdirkan seperti ini? Apakah memang harus seperti ini?

"Apakah setelah aku pergi bersamamu, rasa sakit ini akan menghilang? Aku tidak ingin dibohongi lagi. Apakah setelah ini semuanya akan selesai?"

Pertanyaan tidak berhenti Mella lontarkan, untuk memastikan bahwa hatinya akan baik-baik saja setelahnya. Sudah cukup sayatan-sayatan tipis namun sangat dalam itu menghiasi jantung, yang sangat ia dambakan detak bahagianya.

"Jawab aku! Sangat sakit di sini. Rasanya seperti akan mati jika harus menahannya lagi. Ku mohon, izinkan aku bersamamu." Mella tergugu, memohon pada laut.

Deburan ombak yang menerjang karang ia anggap persetujuan atas permintaannya.

Senyum Mella terbit setelahnya. Senyum yang teramat tulus. Sepertinya memang hanya laut yang akan dengan senang hati menerimanya. Menerima tanpa harus menghakimi masa lalu, menerima tanpa harus di paksa memahami isi hatinya.

"Terima kasih." ucap Mella, berdiri kemudian berjalan semakin ke tengah. Rasa dingin seketika menyelimuti tubuhnya, angin semakin menerjang membuat seluruh sendi dalam tubuh seperti tertusuk ribuan jarum oleh rasa dingin yang diantarkan. Sepertinya angin juga sangat mendukung keputusannya kali ini.

Mella tersenyum semakin lebar menatap cahaya bulan yang dipantulkan oleh air laut yang kini sudah mencapai dadanya.

"Aku sudah sampai ..." lirihnya pelan.

Sedikit lagi tubuh Mella akan terbawa arus, tetapi sentakan kuat pada bahu membuat badannya dipaksa berputar. Pandangannya menatap linglung pada wajah rupawan yang tidak di sangka-sangka kehadirannya.

"Maaf, aku terlambat." ucapnya dengan suara yang serak.

Kemudian hanya dekapan hangat dan kecupan bertubi-tubi pada kepalanya yang ia rasakan. Badan tegap itu menggendongnya ala pengantin, berjalan membawanya keluar dari air laut yang tidak jadi menelan tubuhnya. Dentuman yang berasal dari jantungnya semakin membuat Mella menenggelamkan wajah di sana. Sangat hangat.

Mella menatap raut wajah yang terlihat lelah sekaligus lega itu masih dengan ekspresi bingung dan tidak percaya.

Apa sekarang ia menjadi berarti. Apakah ini tidak akan berakhir seperti sebelumnya. Kumohon, jangan. Mella membatin.

Mella hanya diam saat tubuhnya didudukkan dalam kursi mobil, kemudian jaket kulit membungkus seluruh tubuhnya yang menggigil dingin.

LOST [Tamat]Where stories live. Discover now