Part 74 - Salam Perpisahan

443 28 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading

Alana menghembuskan napas lega, beberapa menit yang lalu ia telah selesai mengerjakan soal terakhir ujian kenaikan kelas. Kali ini Alana berusaha sendiri, tidak lagi dibantu belajar oleh Dariel. Meskipun Dariel telah memaksa Alana untuk belajar bersama, dasarnya Alana yang keras kepala. Dariel pun hanya menurutinya.

Menuruti gadis itu yang katanya ingin mandiri. Ingin mendapatkan hasil dari usaha belajarnya sendiri. Ingin menguji seberapa mampunya ia menguasai materi.

"Alana, lo pulang bareng gue, ya?" pinta Devan, tiba-tiba.

Mata Alana melirik Dariel yang berdiri disampingnya, menunggu Alana merapikan alat tulisnya.

"Gue kan pulangnya bareng Dariel, biasanya juga gitu. Emangnya lo nggak nganterin kak Ferris?" tanya Alana.

Memang, selama ini Devan menuruti kata Alana untuk mulai membuka hati untuk Ferris. Dia juga setiap hati mengantar pulang Ferris. Bahkan terkadang mereka pergi berdua saja. Alana senang saat Ferris bercerita padanya, kalau dia bahagia melihat perubahan Devan.

"Kak Ferris pulang bareng temennya, katanya mau kumpul sebentar refreshing dari ujian tadi," jelas Devan. Ia kembali mengajak Alana untuk pulang bersama. Selagi Alana belum menjawab, Devan tak beranjak dari tempatnya.

"Gue bareng Dariel. Lo pulang aja sendiri," tolak Alana.

Devan menepuk sebelah pundak Dariel agak keras. Sehingga Dariel dibuat meringis kecil karenanya, antara rasa kaget dan sakit jadi satu.

"Dariel ngebolehin lo kok buat pulang bareng gue. Ya nggak, Dar?" tanya Devan menatap Dariel. Kepala Devan samar-samar mengangguk perlahan, mengode Dariel untuk menjawab iya.

"Boleh kok."

"Tuh kan apa gue bilang! Yaudah yuk pulang," ajak Devan menggandeng tangan Alana.

Dariel tersenyum tipis saat Alana masih menatap kearahnya seolah kode minta diselamatkan dari Devan. Dariel sama sekali tidak cemburu kalau pun Alana dan Devan dekat. Mereka sahabat, kan? Dan Dariel juga tak memiliki hak untuk membatasi ruang lingkup pertemanan Alana.

Selagi Alana tidak membuat kepercayaan Dariel padanya runtuh, mungkin selamanya Dariel akan percaya pada Alana. Menurut Dariel, kepercayaan dalam sebuah hubungan sangatlah penting. Dan kini Dariel mempraktekannya, ia percaya bahwa Alana dan Devan tidak memiliki hubungan kebih dari sahabat.

Motor besar Devan berhenti di depan sebuah toko bunga. Saat Devan menyuruh Alana untuk tetap di motor, Alana menurutinya. Menatap punggung Devan yang mulai menjauh, kening Alana perlahan mengerut bingung. Untuk apa Devan pergi ke toko bunga? Apa dia sedang menyiapkan sesuatu untuk Ferris? Dan tidak memberitahukan rencananya itu padanya? Kira-kira seperti itulah pemikiran Alana saat ini.

"Buat apa beli bunga?" tanya Alana, sengaja memancing cerita Devan bila ia merencanakan sesuatu untuk Ferris.

Devan melihat sekilas buket bunga mawar merah ditangannya. Ia merapikan sedikit bungkusnya, tak lupa juga menyelipkan kertas kecil didalam buket tersebut. "Nanti lo juga tau sendiri."

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang