Part 29 - Berangkat Sekolah Bareng

587 53 0
                                    

Tekan bintang ⭐sebelum membaca

Happy reading


Pagi ini Alana berangkat sekolah bareng Dariel, hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Alana masih tidak percaya seorang Dariel menjemputnya untuk berangkat sekolah bareng.

"Lo tumben jemput gue, padahal gue nggak nyuruh, kan?" celetuk Alana membuyarkan keheningan dalam mobil itu.

Dariel fokus menyetir, tapi sesekali ia mencuri pandang ke arah Alana. "Gue disuruh tante Arin, katanya kasihan kalau lo berangkat bareng Devan. Katanya juga kakak lo ngampus siang," ucap Devan.

"Ish, mama bisa aja," gerutu Alana. Dalam hati ia bersyukur mempunyai mama pengertian seperti Arin. Eh?

"Lo nggak keberatan?"

Dariel terkekeh kecil, hampir tidak terlihat seperti kekehan. "Nggak lah, anggep aja bagian usaha gue buat jagain lo," ujarnya santai. Tapi jantung orang disebelahnya tidak bisa santai sekarang.

Alana memalingkan mukanya ke jendela, pipinya terasa hangat. Bibirnya mengembang, seulas senyum terbentuk disana.

"Lo lucu juga kalau salting," cetus Dariel, tertawa kecil.

Alana senewen sekarang, ia menyembunyikan mukanya dengan tas pink di tangannya. Dariel semakin tertawa melihat tingkah aneh Alana, tangan kirinya terjulur menjauhkan tas Alana dari muka pemiliknya. Mau tidak mau Alana hanya mengikuti tangan Dariel.

"Nggak usah ditutupun gitu dong, kan cantiknya jadi nggak kelihatan," goda Dariel.

Muka Alana benar-benar memerah sekarang, dengan kesal bercampur senang, Alana mencubit kecil tangan Dariel. Menginstruksi supaya tidak menggodanya.

"Udah, nanti gue nggak fokus nyetir," tutur Dariel. Alana cemberut dan kembali pada posisinya, mengamati kegiatan di luar jendela mobil.

Saat memasuki area sekolah jantung Alana kembali berdegup tidak normal. Apa kata teman-temannya kalau tahu Alana berangkat bareng Dariel?

Dariel keluar terlebih dahulu, lalu membukakan pintu untuk Alana. "Bisa keluar nggak, kalau nggak bisa gue gendong," ucap Dariel.

Alana yang mendengar itu spontan memukul pelan lengan Dariel, rupanya gadis aneh ini kalau salah tingkah ngeri juga. "Apaan deh, kaki gue cuma lecet dikit nggak sampai patah tulang kok," sengit Alana.

Dariel tersenyum kecil dan membantu Alana keluar dari mobil, tangan Alana dipegangnya hati-hati. Setelah berhasil keluar, Alana menyentak tangan Dariel yang masih memegang lengannya.

"Gue bukan bocah," sentak Alana. Ia merasa Dariel terlalu berlebihan dengannya, tetapi Alana nurut saja.

"Lo emang bukan bocah, tapi bagi gue, lo layak dijaga seperti bocah," tutur Dariel. Sebelum Alana meledak-ledak, Dariel segera melanjutkan ucapannya.

"Dengerin, gue begini karena emang peduli sama lo," ungkap Dariel.

Sejenak Alana terpaku menatap mata hitam Dariel, ia merasa waktu seketika berhenti. Alana sangat jelas melihat kesungguhan di mata Dariel, bolehkah Alana baper sekarang? Mungkin Devan beberapa kali pernah mengungkapkan kalau dia peduli dengan Alana.

Namun Alana merasakan hawa berbeda, saat Dariel yang mengatakannya. Bolehkah Alana berharap lebih pada Dariel?

"Ayo ke kelas," ajak Dariel membuyarkan lamunan Alana. Tangannya refleks menggenggam tangan Alana, seakan puzzle yang menemukan pasangannya.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang