Part 7 - Semobil Dengan Dariel?

999 80 1
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading


Secara perlahan-lahan, Alana membuka pintu utama rumahnya. Ia menghela napas pelan, ternyata tidak dikunci. Derit pintu membuat Alana meringis kecil, dia segera masuk rumah dan menutup pintunya.

Ruang tamu yang gelap gulita menyambut kedatangan Alana, ia sedikit heran. Padahal sekarang jam masih menunjukkan pukul setengah sepuluh malam, tapi lampu rumahnya sudah dimatikan. Di hari biasa sampai jam sepuluh masih menyala terang, karena mamanya belum pulang dari kantor. Mungkin karena sekarang hari Minggu.

Alana melangkah dengan kaki berjinjit menuju tangga. Baru saja dua anak tangga dilaluinya, lampu ruangan tiba-tiba menyala, Alana menoleh ke arah sakelar lampu dan tersentak kaget saat yang dilihatnya adalah mamanya.

Arin menyilangkan tangannya didepan dada, matanya menyiratkan kemarahan yang nyata. Alana meneguk ludahnya, kakinya kembali turun menginjak lantai. Sekarang satu hal yang harus dihadapinya, yaitu kemarahan mamanya.

"Habis darimana baru pulang?" tanya Arin. Kata-katanya sangat tidak ramah ditelinga Alana, tidak seperti pagi tadi waktu mengajak sarapan bersama.

"Jalan-jalan di mal bareng Devan," balas Alana.

Arin menyipitkan matanya curiga. "Beneran? Kok nggak izin mama?" desaknya.

Alana menghela napas kasar. "Tadi udah izin bibi, karena mama nggak dirumah," jawabnya santai.

"Yaudah, langsung tidur besok sekolah," suruh Arin. Alana mengangguk kecil dan melangkah lagi menuju kamarnya.

Meskipun Alana sedikit tidak suka dengan sifat Arin yang sekarang, Arin tetaplah mamanya, orang tua yang mendidiknya selama ini. Alana berkewajiban untuk menghormatinya, sebenci apapun Alana terhadap Arin, tidak akan bisa mengalahkan rasa sayangnya.

Cklek pintu kamar Alana tertutup, ia meletakkan boneka minion pemberian Devan serta sling bag ke kasurnya. Setelah itu Alana segera masuk kamar mandi yang berada di dalam kamarnya, untuk membersihkan badan sebelum tidur.

Baju tidur bergambar beruang terlihat manis dikenakan Alana. Sebelum ia beranjak menuju tempat ditidurnya, Alana terlebih dahulu menyiapkan buku pelajaran besok pagi sesuai jadwalnya. Mata Alana tertuju pada buku pink bergambar dream cathcer disampulnya, berada ditumpukan teratas antara buku paketnya.

Alana tersenyum puas saat tangannya meraih pulpen didalam tas sekolahnya. Beberapa kata pembuka telah ditulis Alana di buku hariannya, pikirannya tertuju pada kejadian di mal tadi. Dari awalnya Devan mengajak Alana ke mal, dibelikan saldo timezone, bertemu Dariel dan Davira, boneka minion Devan, sampai berakhir makan kebab. Semuanya ditulis Alana secara rinci sesuai sudut pandangnya, tidak lupa kata-kata penutup diakhir tulisannya.

Tidak sia-sia Devan memberikan buku harian untuk Alana sebulan yang lalu. Ternyata benar kata-kata Devan waktu itu, "Kalau lo nggak mau cerita sama orang lain, cukup curahin apa yang lo rasakan, apa yang lo pikirkan di buku harian ini. Semoga bisa sedikit membantu meringankan beban lo, Al."

Alana berbaring di tempat tidurnya, sambil memeluk boneka minion yang sekarang menjadi miliknya, dia bergumam pelan pada angin malam.

"Makasih buku hariannya, makasih boneka minion lucunya, dan makasih waktunya untuk malam ini, Devan."

Hari Senin mungkin dianggap keramat bagi beberapa siswa. Namun tidak bagi Alana, ia menganggap semua hari sama saja, tergantung suasana hati setiap orang yang menjalaninya.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang