Part 56 - Keisengan

386 42 0
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading

Alana mengusap perlahan sampul buku harian baru yang dibelikan Devan. Ingatannya kembali pada buku harian lamanya yang menghilang, bahkan belum ketemu sampai sekarang.

Tangan gadis itu membuka halaman pertama buku barunya, ingin sekali ia menulis cerita tentang perasaannya hari ini. Namun ia masih bimbang, dia tidak yakin tangannya bisa menodai buku harian secantik ini. Lagian kenapa Ferris memilihkan buku secantik ini coba?

Tetapi Alana kembali teringat perkataan Devan saat dulu memberinya buku harian.

"Kalau lo nggak mau cerita sama orang lain, cukup curahin apa yang lo rasakan, apa yang lo pikirkan di buku harian ini. Semoga bisa sedikit membantu meringankan beban lo, Al."

Alana menggeleng perlahan. "Bodo ah, yang penting gue lega. Lagian dengan begini, sama aja gue ngehargai Devan," gumam Alana meyakinkan hatinya untuk menulis kisah di lembaran barunya.

Kata demi kata, mulai ditulis Alana. Ingatannya menjelajah kejadian tadi saat di rumah Dariel bahkan sampai diantarkan pulang oleh Dariel.

Semuanya ia tuliskan di buku harian ini, sebagai pembuka untuk curahan-curahan hati selanjutnya. Mengawali sesuatu dengan yang manis dan berharap mengakhirinya dengan yang manis juga. Tetapi itu tidak berlaku bagi buku harian lama Alana. Bahkan masih ada beberapa halaman yang kosong. Ah, Alana jadi rindu buku hariannya itu.

Pintu kamar Alana di ketuk dari depan. Gadis itu mempersilakan seseorang disana untuk masuk, karena memang tidak dikunci.

Alana menoleh ke belakang dan tersenyum pada bi Inem. Ya, ternyata bi Inem yang datang membawakan secangkir cokelat panas pesanan Alana.

"Makasih, bi," ucap Alana.

Bi Inem langsung keluar kamar Alana, karena ia tahu Alana sedang tidak ingin diganggu sekarang. Ia terlalu hafal, saat Alana meminta cokelat panas berarti gadis itu sedang berusaha menaikkan suasana hatinya yang menurun. Dan beberapa saat lalu memang suasana hati Alana menurun, gara-gara Aurel.

Alana mengalihkan kegiatannya dari menulis di buku harian, menjadi bermain ponsel di kasur. Memang rebahan sambil bermain ponsel sangat nikmat sekali.

Pintu kamar Alana kembali di ketuk. Lagi dan lagi gadis itu mengizinkan seseorang untuk memasuki kamarnya.

Saat tahu Aurel yang masuk, Alana tak menghiraukannya. Dan tetap bermain ponsel, seakan tak menganggap Aurel berada disampingnya.

"Jangan marah dong, kan gue cuma bercanda," ucap Aurel.

Alana tetap diam. Sudah dibilang ia kesal dengan Aurel.

"Alana, gue minta maaf. Please, ngomong dong sama gue. Beneran gue nggak berniat rebut Dariel," cerocos Aurel.

Alana masih diam. Sebenarnya ia ingin memaafkan Aurel, secara ia tidak tega Aurel memohon seperti itu. Namun urungsaat mendengar kalimat terkahir Aurel yang menyebut nama Dariel.

"Udah dong ngambeknya. Gue traktir bakso mang Diman ya," tawar Aurel.

Alana meletakkan ponselnya seketika. Tawaran Aurel terdengar sangat menggiurkan di telinga Alana. Memang gadis itu tidak bisa menolak bahkan mengelak segala jenis makanan.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang