Part 52 - Menyapa Ayah dan Tanda Tanya

495 43 2
                                    

Tekan bintangsebelum membaca

Happy reading


Sudah terhitung dua hari ini Alana marah dengan Aurel, ia terus-terusan menghindar saat Aurel mengajaknya bicara ataupun bercanda. Sebenarnya Alana tidak nyaman dengan situasi ini, tetapi apa boleh buat, gengsinya lebih besar.

Alana merebahkan tubuhnya dikasur, tanpa melepas seragam sekolah terlebih dahulu. Matanya terpejam merasakan dinginnya udara AC, tangannya meraih remote AC untuk mengatur suhu agar lebih dingin sedikit. Hari ini sangat melelahkan bagi Alana, setelah menghadapi ulangan harian tiga mata pelajaran sekaligus di sekolah tadi.

Pintu kamar terbuka, tanpa melihat pelakunya pun Alana sudah tahu itu siapa.

Langkah kaki semakin mendekati ranjang Alana, sontak Alana memiringkan tubuhnya. Tidak lagi telentang.

Aurel meletakkan sesuatu di meja belajar Alana, sambil menatap adiknya yang masih merajuk. Kaki Aurel mendekati kasur, kemudian ia duduk dipinggir kasurnya.

"Maafin gue, gue nggak bermaksud bohongin lo." ucap Aurel.

Alana diam tidak berkutik. Merasa diabaikan Alana, Aurel kembali berdiri dan berjalan keluar dari kamar Alana.

Merasa Aurel meninggalkan kamarnya, Alana merubah posisinya menjadi duduk. Matanya tak pernah lepas sampai punggung Aurel tidak lagi terlihat.

Mata Alana menjelajah di sekitar, sampai pandangannya tertuju pada meja belajarnya. Merasa penasaran ia pun mengambil sesuatu yang tadi Aurel letakkan disana.

Hanya sebuah jus buah kemasan, namun ada secarik kertas tertempel di kemasannya.

Maafin gue Alana :(
Sebenarnya gue mau cerita semuanya sama lo, tapi sayangnya lo masih marah sama gue.

Aurel

Senyum Alana perlahan terlihat, secepat kilat dia merubah ekspresi wajahnya. Tanpa dosa, ia meminum jus kemasan itu sampai habis. Bodo amat dengan gengsi, yang penting perut kenyang hatipun senang.

Kalau begini caranya Alana akan betah marahan dengan Aurel, ia senang setiap hari mendapat jajanan gratis dari Aurel. Seperti contohnya kemarin Alana mendapat cokelat tak lupa ada secarik kertas diatasnya dan baru saja Alana mendapatkan jus buah kemasan.

Lain di pikiran lain pula di hati. Sesungguhnya Alana juga penasaran dengan penjelasan sebenarnya dari Aurel. Sepertinya sekarang waktu yang tepat untuk menekan egonya.

Tanpa permisi Alana membuka pintu kamar kakaknya yang memang tidak dikunci. Aurel mengalihkan pandangannya dari layar laptop, menuju seseorang yang masih berdiri di ambang pintu.

Raut wajah terkejut sangat terlihat di Aurel, tak urung senyumnya pun ikut terkembang. Alana melangkah mendekati Aurel yang duduk di kasur.

"Maafin gue, gue sadar udah egois, nggak dengerin dulu penjelasan lo," ujar Alana menatap Aurel.

Senyum Aurel semakin terkembang lebar. "Harusnya gue yang minta maaf sama lo, gue juga salah karena dari awal nggak kasih tau tentang ini sama lo," balas Aurel.

Buku Harian Alana [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang