Bab 1. Kilas Balik 2015

202K 15.1K 529
                                    

Bab 1. Kilas Balik 2015

Membuka dan mengingat kembali memori lama itu benar-benar butuh keberanian. Keberanian agar tidak menangis dan keberanian agar tidak tersenyum lalu terbawa perasaan 'ingin'. Ingin untuk mengulang. Padahal, semesta jelas tidak akan mengijinkan. Sekalipun kamu mengemis kesempatan.

***

Jakarta 2015

MASA sekolah dasar adalah masa dimana kita hanya mengenal bermain, berantem, bercanda, dan.. bahagia. Tidak ada kata cinta dalam kamus di masa itu. Kecuali, cinta untuk Sang Pencipta dan cinta untuk orangtua. Karena kita masih terlalu kekanakan dan lugu untuk mengenal cinta kepada pemilik setengah hati kita.

Saat itu hujan turun deras sekali. Langit dikukung awan gelap. Senja yang sejak tadi ditunggu sudah dipastikan tidak akan datang. Di tengah padang rumput tepat seberang stasiun, Lyodra berlarian menembus hujan. Bersama Nuca. Sesekali Nuca berteriak melawan angin dan sesekali pula Lyodra menirukan kelakuannya itu. Lalu, Nuca akan tertawa hingga kemudian menghampiri Lyodra sambil berlari.

“Mau aku ajarkan menantang langit?” bisik Nuca setelah berdiri di samping Lyodra.

“Menantang langit? Langit lebih besar daripada kak Nuca,” cibir Lyodra dengan polosnya.

Ssttt makanya jangan keras-keras ngomongnya,” balas Nuca sambil memposisikan jari telunjuknya di dekat bibir. "Ini rahasia Nuca dan Lyodra. Langit nggak boleh tahu, oke," lanjutnya.

Lyodra hanya manggut – manggut sambil mengikuti Nuca yang mulai berjalan ke arah rel kereta.

“Kita sudah sampai," kata Nuca setelah ia berdiri di tengah – tengah rel kereta sambil menunjukkan senyum lebarnya. “Ayo sini.” Ia mengulurkan tangannya pada Lyodra yang masih berdiri di dekat rel. Gadis itu seolah ragu dan masih takut-takut.

“Nggak mau. Aku takut ada kereta. Bahaya loh, kak! Nanti kalau ketabrak mati. Pokoknya aku nggak ma--Kak Nuca!!”

Belum selesai Lyodra nyerocos panjang lebar, Nuca sudah menariknya ke tengah rel kereta. Ia mengajak gadis itu berlarian melompati setiap sisi rel sambil merentangkan tangan. Awalnya Lyodra kesal dengan kelakuan Nuca. Tapi jujur.. ini lebih menyenangkan daripada mengerjakan tugas matematika.

Lyodra terus mengikuti dari belakang, berlari menembus hujan dan merentangkan tangan menantang langit seperti yang Nuca katakan.

“Aku takut ada kereta. Bahaya loh, kak! Nanti kalau ketabrak mati..” ledek Nuca sambil menirukan suara Lyodra saat gadis itu terlanjur terhipnotis oleh ide gilanya.

Lyodra merengut. Ia menatap kesal ke arah Nuca yang sudah agak jauh di depannya. Lyodra berbalik lalu menjerit. "Kak Nuca!! Awas kereta!!” teriaknya kemudian meloncat ke sisi samping rel.

Mungkin karena kaget, Nuca refleks mengikuti gerakan Luodra. Ia melompat ke pinggir. Mungkin karena gerakannya tiba-tiba, tubuhnya tidak bisa seimbang dan ia.. jatuh.

"Aduh!!"

Lyodra terbahak melihat Nuca nyusruk. Posisi jatuh Nuca memalukan sekali. Ia padahal cuma bercanda soal ada kereta tadk. Syukurin, suruh siapa nyebelin. Lyodra juga bisa lebih nyebelin.

“Kamu bohongin aku ya? Ngak lucu, Ly."

Dengan raut wajah kesal, Nuca beranjak berdiri dan meninggalkan Lyodra dengan langkan agak pincang karena lututnya kena batu tadi.

“Maaf deh maaf. Maafin aku ya," bujuk Lyodra. Ia mengikutinya dari belakang. Sedangkan Nuca masih diam saja, membiarkan gadis itu mengoceh sendiri. “Padahal kak Nuca sering loh bohongin aku, aku nggak marah! Sekarang gantian dong. Dan Kak Nuca nggak boleh marah,” oceh Lyodra panjang lebar.

RetrouvaillesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang