6. Dia Berubah

Mulai dari awal
                                    

Resha menghela nafasnya lega, lalu berlari menghampiri si penolong tadi dan berdiri dibelakang punggungnya.

Gana terbangun dan melirik sang empu tajam. "Siapa Lo?! Jangan ikut campur urusan orang!"

Pria yang baru saja menolong itu terkekeh sebentar.

"Bukan masalah ikut campur urusan orang bro! Tapi gue gak bakal diem aja kalo ada cowok main adu fisik sama cewek, BANCI tau gak!!" ucap pria itu dingin penuh penekanan diakhir kalimat. Mata elangnya menatap tubuh Fatamorgana dari atas hingga bawah, lalu berdecih.

"Banci!" ulangnya memancing emosi.

Gana mengepalkan tangannya erat-erat menahan emosi, dan langsung memukul pelipis Pria itu sangat keras.

Pria tersebut tak tinggal diam dan dia membalas pukulan itu bertubi-tubi.

"Bangsat!" umpat Gana setelah merasakan bibirnya robek dan mengeluarkan darah.

"Braga udah," cicit Resha pelan.

Braga, Pria si penolong itu lantas berhenti dengan nafas yang memburu.

"Jangan deketin dia lagi! Pergi Lo!" ucapnya menendang perut Gana, lalu berlalu pergi sambil menarik lengan Resha menuju motornya berada.

"Naik," suruhnya dingin.

Tanpa pikir panjang Resha langsung naik dengan keadaan yang masih menangis.

Braga memutar bola matanya malas. "Orang itu udah pergi! Udah deh Lo jangan nangis terus, berisik!"

Resha langsung merapatkan bibirnya, menahan tangisnya agar tidak mengeluarkan suara.

Tanpa berpikir panjang, Braga langsung melajukan motornya dengan kecepatan sedang.

Selama diperjalanan hanya Isak tangis Resha yang mulai mereda yang terdengar. Braga hanya bungkam, memikirkan siapa orang tadi? Apa dia Masa lalu Resha? Ah tapi apa pedulinya?

Resha mengerutkan keningnya melihat tempat yang sudah tidak asing baginya.

"Kok ke taman?"

"Turun," suruhnya, dan Resha menuruti.

Mereka duduk salah satu kursi panjang dekat sekumpulan bunga matahari. Braga beranjak dari duduk nya.

"Mau kemana?" tanya Resha yang tak diperdulikan Braga yang langsung pergi begitu saja.

"Malah ditinggalin sendiri, gimana kalo Gana ada lagi ish!" ucapnya merenggut kesal.

Tak lama kemudian Braga kembali dengan sekotak P3K dan dua air mineral ditangannya.

"Minum," suruhnya memberi satu botol air mineral

Resha langsung menerimanya dan meneguknya yang langsung tersisa setengah.

"Obatin gue." Braga menyodorkan kotak P3K.

Resha menurut, menatap wajah Braga yang ada beberapa luka lebam. Sudut bibirnya robek, pelipisnya agak membiru, juga pipi kirinya yang lebam.

"Udah liatin gue nya? Obatin cepetan!" Suruhnya menyadarkan Resha.

Resha meringis sebentar merasakan sakit dibagian pergelangan tangannya,tapi tak ia  pedulikan dan langsung mengambil obat merah serta kapas.

Braga terdiam menatap setiap inci wajah Resha yang begitu lucu dimatanya. Yang malah membuat Resha takut akibat tatapan tajam braga.

"Yang waktu itu gue minta maaf," ujar Braga tiba-tiba.

Pergerakan Resha terhenti , apa ia tidak salah dengar? Yang diceritakan Gladys, Braga ini jarang banget ngucap makasih, minta maaf sama minta tolong. Lah kok ini?

Braga (Sudah terbit) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang