A piece of fanfiction from pairing Taejin that typically can be read in one sitting and focuses on a erotic romance stories, with the intent of evoking a "single effect" or mood.
This book is dedicated to celebrating Taejincember month.
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Aku tengah sibuk dengan diriku sendiri. Kaki bergerak, lenganku tidak ketinggalan, musik berdentum, jantungku memompa, aku merasa hidup dan aku menyukai perasaan itu. Aku selalu suka kegiatan ini, menyukai perasaan ini ketika aku berolahraga.
Dari sudut mata, aku bisa melihat seorang pria menggunakan mesin yang ada di sampingku. Sepintas, lewat ekor mataku, aku bisa menangkap tato hitam di lengannya dan aku menoleh. Aku mendapati diriku terpana di atas treadmill dan nyaris saja aku terjatuh dari mesin itu. Dengan cepat, aku memperlambat kecepatanku dan menstabilkan napasku yang berkejaran. Aku tidak tahu kenapa aku bisa setolol itu— entah karena memang mesin ini bergerak terlalu cepat atau aku hanya tersihir oleh ketampanan pria di sampingku ini.
Tapi masalahnya, pria itu benar-benar tampan dan mempesona. A bad ass. Bad boy with devil face. Tipe yang membuat ibu rumah tangga kesepian dan pria-wanita lajang tergila-gila pada novel roman. Ya, gara-gara pria dengan penampilan seperti pria di sampingku ini.
Nyaris enam kaki dengan kulit putih yang sehat karena mengendarai Harley— yap, dia terlihat seperti pria yang mengendarai Harley. Beberapa tato tersebar di seluruh tubuhnya, aku bisa melihatnya tersembul di balik kaos yang dikenakannya tapi yang paling jelas adalah tato di lengan tangannya. Dia mengenakan celana pendek selutut khusus untuk kebutuhan olahraga dan bentuk tubuhnya membuatku lebih panas dan berkeringat daripada tiga puluh menit yang kuhabiskan di gym ini.
Melihat tubuh tegap itu, bahu besar dan bisep-bisep menggoda itu serta betisnya yang jantan, sekali lagi aku mendapati diriku nyaris meluncur turun dari treadmill. Sial ini memalukan. Sedikit gugup, aku memastikan bahwa tidak ada yang memperhatikanku dan sekali lagi bergerak maju untuk menekan tombol dan memperlambat kecepatanku.
Bagian yang paling menarik dari pria itu adalah wajahnya. Bibir tipisnya, matanya sewarna langit di musim semi, hidungnnya tampak elegan, garis rahang yang tajam. Telinganya ditindik, aku tidak tahu apakah dia menindik keduanya, mengingat aku hanya berani mencuri-curi pandang dan menatapnya sekilas. Dan rambutnya hitam, tampak halus dan mengundang untuk di sentuh, sedikit terlalu panjang hingga menyentuh tengkuk.
Benar-benar tipe Badboy, yang biasanya menjadi tantangan bagi semua umat untuk mencoba menaklukan tipe pria seperti ini dan membuatnya berubah untuk mereka. Tapi untukku, pria sejenis ini hanya cukup untuk dikagumi, tidak perlu terlibat dengan mereka. Artinya, aku harus berpura-pura tidak melihat pria itu walaupun aku menyadari setiap helaan napas yang ditariknya dan setiap gerakan yang dibuat olehnya.
