55 - Gun Attaphan

Beginne am Anfang
                                    

Ini bukan mimpi kan?

Pertemanan mudah terjalin, bahkan bila itu sama orang asing, namun menemukan seornag yang tulus menawarkan pertemanan itu yang sungguh sulit.

Kadang ada yang menawarkan pertemanan, namun hanya pada saat kesepian dan sendiri, lalu disaat semua teman kembali, maka orang asing yang baru diajak berteman pun dilupankan, tanpa tahu mungkin saja orang asing itu menganggap pertemanan itu tulus, tanpa sadar ia telah diabaikan.

...

Mean yang baru pulang senja melihat Mark sudah duduk di depan rumahnya bahkan sampai ketiduran, heran dimana adiknya.

Ia membuka pintu rumah dan meneriaki Mark.

"Astaga Phi? jantungku hampir copot." kata Mark kesal karena terkejut.
"Maaf kukira kamu mati malahan tadi." ledek Mean.

"Masuklah" kata Mean menyuruh Mark masuk.
"Iyah Phi." kata Mark masih dengan kesal, lalu ia mengikuti Mean dan disuruh duduk di kursi tempat makan.

"Nggak hubungi Perth?" tanya Mean.
"Ponselnya mati, baterainya habis mungkin." kata Mark yang juga merasa bingung mencari Perth.
Padahal juga nggak kemanapun untuk cari si bocah.
"Kira-kira ia kemana?" tanya Mean kembali membawakan kopi untuk Mark.
"Entahlah Phi, aku sendiri tidak tahu." kata Mark, ia masih belum sadar, nyawanya masih setengah terkumpul.

"Nah itu yang lagi dicari." tunjuk Mean pada Perth yang baru masuk, dan ada yang ia ajak.

"Maaf, ponselku tadi jatuh, dan mati." kata Perth sedih ponselnya rusak, ia tunjukkan ke hadapan Mark dan Mean.
"Astaga, kukira kemana." kata Mark bernafas lega, sekarang nyawanya sudah terkumpul.
"Phi Gun?" tanya Mean baru menyadari saat Gun duduk dihadapannya.
Mark saja bengong.

Sang penulis fenomenal, produser terkenal kini ada di hadapannya, bersama Perth.?
"Tadi aku bertemu Phi Atta, lalu kita mengobrol banyak dan akhirnya aku mengajaknya kesini untuk makan bersama." kata si bocah dengan polosnya.
Lalu Atta menyapa Mean dan Mark.

Atta membawakan banyak makanan untuk mereka berempat.

Kata Perth, rejeki nggak boleh ditolak, lumayan kan phi Mean nggak perlu masak untuk makan malam.
"Astaga merepotkan sekali sampai Phi membelikan segini banyak." kata Mean malu tapi senang sih.
"Nggak papa, untuk perkenalan kita juga." kata Atta sambil tersenyum ramah, cukup senang dengan Mean yang diceritakan Bay bahwa pemuda itu yang membuat May galau.
Dan senang juga bertemu Mark, kekasih dari Perth yang kini Perth ia anggap adiknya sendiri.

Si manis yang sangat polos.

Mereka berempat makan bersama, dengan Atta yang menjadi teman baru bagi ketiganya.
Mark cukup senang dengan keramahan dan kehangatan karakter Attaphan ini.

Dipikirkan kembali, Atta dan Perth bahkan cocok jadi kakak dan adik, membuat Mean sedikit iri, dia kan juga kakaknya.

...

Setelah makan malam, Mean mengajak Atta mengobrol di teras, sedang Mark dan Perth sudah ke kamar, yah biasa pacaran, paling juga bakalan menginap.

Sudah hafal Mean soal kebiasaan Mark satu itu.

"Aku dengar dari May, phi Gun adalah tetangganya." kata Mean sedikit canggung membicarakan gebetan dia.
"Panggil saja Atta, iya aku temannya, sekaligus tetangganya, bisa juga dibilang dia adalah koki kesayanganku, karena aku selalu makan ditempatnya, dan masakannya enak banget." kata Atta sambil memuji tetangga yang lebih mirip disebut pembantu.
Mean hanya tertawa mendengar Atta membanggakan May.

Gadis itu memang menyenangkan, meski Mean masih menunggu jawaban gadis itu.

"Dia itu gadis paling konyol, tidak tahu malu, dan sangat polos, beda sekali dengan adiknya yang terlihat lebih dewasa elegant. Jadi semoga kamu nggak ilfeel dengan kebobrokan May." kata Atta ingin melihat bagaimana respon Mean.
"Justru menurutku, itu adalah daya tariknya." kata Mean mengakui, May semacam moodbooster baginya.

"Yah, daya tarik setiap gadis itu berbeda, yang banyak itu gadi yang berlomba tampak baik depan cowok, yang tergiur dengan apa yang ditampilkan, seringkali pada akhirnya menjadi pada munafik." kata  Atta yang merasa cocok mengobrol dengan Mean.

"Iya tak apa Phi Atta, aku amlah senang mendengarnya darimu yang sepertinya sangat pengalaman soal wanita." kata Mean tulus memuji.

"Yah kebanyakan penulis memang begitu, mengenali karakter orang lain lewat pengalamannya menulis." kata Atta sambil tersenyum.

Lewat Atta, Mean jadi ingin mengenal May lebih dari sekedar yang ia tahu dari gadis itu sendiri.

...

TBC

...


Heartbeat (MP - End)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt