41 - He's Yours

350 41 25
                                    

Perth sudah berada dikamar, ia menatap langit-langit kamarnya memikirkan apa phi dan juga kekasihnya sudah tidur?
Sejujurnya begitu canggung memikirkan kembali bagaimana perasaan Phi Mean pada Mark.

Sekali lagi, Perth itu bukan type orang yang masa bodoh sama perasaan orang lain, apalagi itu tentang perasaan dari Phi Mean.

Ia merasa mulai mengantuk, jadi ia pun  memilih  tidur dan tidak perduli lagi keadaan  Mark dan Mean.

Tidur lebih penting untuk bocah.

.

Di kamar Mean, Mark sedang memandang jendela kamar Mean. Mean pergi ke dapur, katanya mau membuat minuman hangat.
Tidak lama kemudian, Mean pun masuk kamar.

"Ini, minuman untukmu." kata Mean memberikan secangkir  coklat panas.

"Terimakasih."  kata Mark sambil tersenyum canggung.

"Mau  mengoobrol di depan sana?" tanya Mean menawari Mark duduk sambil mengobrol di depan kamar Mean. Dan Mark yang memang belum mengantuk pun setuju.

Keduanya duduk berjarak.

"Seberapa besar kamu mencintai Perth?" tanya Mean yang memulai pembicaraan.
Mereka hanya saling memandang langit.

"Sebesar perasaan sayangku pada diriku sendiri." Kata Mark logis.
"Memang  sebesar apa  kamu mencintai dirimu sendiri?" tanya Mean lagi.
Mark sedikit bingung, namun akhirnya ia menjawabnya.
"Sebesar aku mencintai setelah Tuhan dan orang tuaku." Mark tidak bisa menghitung sebesar apa ia mencintai, dirinya hanya mampu memberi pengandaiann sederhana.

Mean tersenyum mendengarnya.

"Aku akui kesungguhanmu, meski aku jadi penengah diantara kisah kalian, aku selalu menentangmu,  karena aku membencimu, kini aku menyadari cuma kamu yang pantas bersama Perth." Mean beralih menatap Mark dengan tulus.
"Mulai sekarang anggap perasaanku tidak  pernah ada, anggap saja sebagai  mimpi yang tidak perlu diingat. Aku sudah membiarkan hubungan kalian,  meski aku membencimu, abaikan saja itu." Mean menepuk bahu Mark lalu masuk  kedalam.

Mark tertegun, ia menghela nafas panjang dan tersenyum karena Mean sudah memberinya restu.

Mark masuk kedalam kamar lalu tertegun melihat Mean menggelar Kasur Lantai.

"Kamu tidur dibawah, aku tidak bisa tidur jika ada yang tidur bersamaku. Oh iyah sekalian cucikan gelasku yah." kata Mean datar.
Mark yang tadinya mau berterimakasih, tidak jadi karena Mean tetaplah menyebalkan.

Mark pun mengambil cangkir Mean dan membawanya keluar, lalu turun kebawah.

Ia yang tidak pernah mencuci apapun dirumah, semua pekerjaan rumahnya dikerjakan pembantu.
Ia yang punya ranjang lebih besar dari milik Mean, kini harus tidur di lantai.

Iyah, semua karena ia menghormati tawaran menginap oleh Ayah Perth.

Saat mencuci cangkir, ia mendengar seseorang turun.

"Kamu belum tidur?" tanya Perth yang barusan bangun, yah cuma tidur sejam dan bangun karena haus.

Mark terdiam, beku, melihat kekasihnya dengan muka bantal,  pake kaos kebesaran, dan juga boxer yang pendek, menampilkan  paha seksi, serta muka acak-acakan.
Siwat pun memandang  penuh nafsu.

"Kamu kenapa bangun?" tanya Mark sambil menahan diri.
"Aku haus mau minum." kata Perth sambil membuka kulkas dan mengambil air mineral.

Mark yang sudah selesai mencuci cangkir pun menunggu Perth selesai minum.

Tapi karena Perth ceroboh, air dingin yang ia minum pun tumpah sebagian mengenai bajunya.

"Yah tumpah." eluh Perth sebal, tidak sadar ditatap Mark, baju yang basah membuat dada Perth pun menjadi transparan.
"Perth." bisik Mark.

Heartbeat (MP - End)Where stories live. Discover now