21 - Theory Of Happiness

528 66 50
                                    

Mark Siwat makan malam bersama kedua orang tuanya.
Tumben sekali kedua orang tuanya mau menyempatkan makan malam bersama putra mereka, yah kedua orang tua yang terlalu sibuk bekerja hingga membiarkan anak mereka tumbuh tanpa tahu rasanya disayang orang tua.
Hanya menyempatkan mengajak liburan di Akhir Bulan, sibuk dengan urusan pekerjaan demi anak mereka agar tidak kekurangan hidupnya.

Hidup serba berkemewahan.

Jika pada umumnya anak yang tumbuh dalam keadaan begini akan menjadi pemberontak dan liar, maka Mark Siwat tidak seperti itu, memang dia Playboy, Sombong, Hedonis, namun dia tidak akan memberontak, setidaknya dia menyadari semua yang dilakukan orang tuanya jelas demi dirinya.

"Kamu makin tampan." puji Bunda sambil merapikan rambut Siwat.
"Anak bunda kan tidak pernah jelek." kata Siwat membanggakan diri sendiri.
"Iya yang selalu tampan." cibir bunda gemas.
"Hai nak, sepertinya Papa lihat ada yang berbeda dari kamu." Siwat melihat papanya sambil merasa heran apa yang berbeda darinya?
"Apa pa?" tanya Siwat sambil memasukkan daging panggang ke mulutnya, diajak bicara tapi menyibukkan makan.

"Kamu terlihat lebih cerah, bahagia, apa kamu sedang menemukan seseorang yang membuatmu secerah ini?" tanya Papa yang juga sibuk mengunyah daging.
Siwat diam, sedikit bingung, bagaimana Papanya bisa tahu.
"Kamu seperti orang yang sedang jatuh cinta." tambah Bunda sambil tersenyum melihat reaksi alami Siwat.

Mereka berdua sebenarnya keluarga yang sangat hangat, Papa dan Bunda saling mencintai, dan juga sangat perduli pada Siwat, memang hanya kendala waktu untuk bersama.
Siwat tidak tumbuh kesepian, ia memang sering sendiri, tapi hampir setiap hari dia akan dihubungi Papa maupun Bundanya untuk mengingatkan dia makan dengan baik, tidur dengan baik, tidak boleh sakit atau tertekan.
Hanya sesederhana itu kedua orang tuanya membuat Siwat tetap merasa hangat meski sering sendiri.

"Iyah kamu sedang jatu cinta? gadis cantik mana yang berhasil membuat kamu jatuh cinta nak?" tanya Papa kepo.
"Apa secantik Bunda?" tanya Bunda ikut kepo.

Siwat semakin bingung, bagaimana menjelaskannya bahwa putra tercinta mereka malah jatuh cinta pada lelaki? apa dia akan diusir dan dicoret dari Kartu Keluarga?
Siwat jadi ingin bungkam.

"Kenapa jadi diam begitu? suram lagi?" tanya Papa curiga.
Tuan Jumlongkul mencium ada sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa Boy?" tanya Bunda ikut khawatir.

"Siwat bingung mau bilangnya gimana." kata Siwat akhirnya.
Jika dirumah Bunda dan Papa lebih suka memanggil Mark dengan nama tengahnya, Siwat.

Bunda menghela nafas, sepertinya ia memahami kendala kebungkaman Siwat.

"Jadi, lelaki macam apa yang sudah membuat anak Bunda jadi diam begini?" tanya Bunda dengan nada tegas.
Siwat menoleh pada Bundanya dengan takut.

Terancam dibuang Siwat ini.

"Ohh jadi bukan gadis? tapi Pria? Secantik dan seimut apa dia?" tanya Papa menyadari mengapa Siwat pun bungkam.

Siwat semakin ingin segera kabur agar tidak menjawab pertanyaan kedua orang tuanya.

"Sudah, jangan dijawab dulu, kita makan dulu, nanti baru kita obrolkan di ruang keluarga. Bunda masih lapar." putus bunda akhirnya. Setidaknya Siwat masih boleh mengenyangkan perutnya jika nanti ia benar-benar diusir.

Nasibmu Siwat.

...

Papa dan Bunda duduk diatas sofa, sedangkan Siwat menghadap mereka dengan duduk di atas karpet, Orang tuanya tidak menyuruh Siwat duduk disana, tapi mungkin Siwat bersiap jika seandainya memang diusir.

Heartbeat (MP - End)Where stories live. Discover now