15 - Definisi Laut Biru

741 71 37
                                    

"Phi Mean, aku mau minta izin padamu." Perth mulai berbicara pada Phi nya.
"Mean melirik Mark yang bersandar di pintu depan kelasnya.
"Mau kemana?" tanya Mean datar.

"Aku diajak Phi Mark ke pantai." kata Perth takut tidak dapat izin.
"Kamu sudah benar-benar sembuh?" tanya Mean menatap Perth dengan lembut kali ini.
"Sudah kok, buktinya sekarang aku masuk kuliah." kata Perth tersenyum berharap dibolehkan.
"Suruh dia yang minta izin, jangan kamu." kata Mean masih mengulur waktu.

"Phi Mark, sini." Perth memanggil Mark, dan Mark pun melangkah.

"Mean aku mau ngajak adik kamu ke pantai, janji pulang sebelum jam 8 malam." kata Mark memohon dengan tulus.
Bagaimana pun juga ia gentle meminta izin pada kakak Perth sebelum mengajak pergi, dia nggak mau dituduh nyulik anak orang, padahal dalam hati malah ngebet pengen culik Perth.
Modus dasar.

"Meski aku membencimu, tapi karena kamu sudah selalu baik dan tulus pada Perth, aku mengizinkanmu, tapi awas jangan macam-macam, atau kubunuh nanti kamu." kata Mean memberi izini dengan syarat yang harus dipatuhi.

"Siap komandan." canda Mark saking bahagianya, lumayan meluluhkan kakak Perth yang galak minta ampun.

"Yasudah sana, Perth, jangan telat makan, jangan lupa minum obat yang kemarin agar tidak demam lagi." pesan Mean pada sang adik.
"Terimakasih Phi Mean." kata Perth sambil tersenyum dengan binar mata yang bahagia.

Keduanya pun segera melangkah bersama keluar kelas, namun beberapa langkah, keduanya berhenti karena panggilan Mean.

"Perth, pakai jaketnya Phi, agar kamu tidak sakit kena angin pantai." Mean menyampirkan jaket miliknya di bahu sang adik.
Mark tertegun dan tersenyum, sedingin apapun Mean, jika pada Perth dia sangat lah baik.
"Terimakasih Phi." kata Perth sambil memakai jaket milik Phi nya.

Mereka pun terpisah jalan.

Namun saat Mark dan Perth sudah melangkah jauh, Mean berbalik memandang punggung keduanya dengan senyuman.
"Selama kamu masih terus tersenyum seperti ini, meski itu pada Mark, aku tetap senang melihat senyummu Perth." Gumam Mean sambil tersenyum pahit.

"Jadi kamu benar-benar menyukai salah satu dari mereka?" bisik Ohm membuat Mean terkejut memandang Ohm yang sedang menatapnya.
"Sial kamu ngagetin ajah." semprot Mean kesal.

"Haha, sama siapa? kamu sukanya sama Mark yah?" tanya Ohm heboh.
Mean terdiam, tidak penting dijelaskan.

Mean melangkah meninggalkan si berisik, dan Ohm mengikuti.
"Hei serius, kamu ini mau jadi top apa bottom kalau sama Mark? wah parah." Ohm masih antusias menggoda Mean.

Dia tertawa heboh.

"Daripada menyukai kamu, mending suka Mark." gumam Mean masa bodoh.
Biarlah drama dan salah paham, daripada Ohm tahu Mean suka Perth, bahaya mulut embernya Ohm itu.
Tapi kalau dipikir lagi jika terdengar gosip dirinya menyukai Mark, bisa ngeri dia.
"Hei Ohm, jika ada rumor aneh tentangku, kupastikan aku akan membuat hidupmu menderita." ancam Mean.
"Tenang, aku masih punya rasa segan dan takut padamu." kata Ohm sambil meyakinkan Mean.

Setidaknya, biarlah Ohm sendiri yang salah paham.

...

"Kamu mau makan dulu?" tanya Mark saat dirinya dan Perth sudah berkendara menuju pantai.
"Kita makan kalau sudah sampai saja." kata Perth kasihan kalau harus menunda perjalanan untuk makan dulu, lagian makan sambil melihat laut dan pantai itu juga mengasyikkan.

Dan perjalanan 2 jam pun ditempuh oleh Mark.

Perth hanya membawa ponsel dan jaket milik Phi Mean.
Sedangkan Mark membawa tas Perth yang ia isi kamera miliknya, dompet, ponsel dan yang paling utama adalah Dompet miliknya.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang