11 - Perth Mine

1K 100 27
                                    

"P'Saint?" Perth sudah bangun dan melihat Saint duduk di sebelah ranjangnya sambil bermain ponsel.
"Oh hai sudah sadar?" tanya Saint sambil menoleh pada Perth.

"Terimakasih sudah bawa saya kesini Phi." kata Perth mengucapkan terimakasih.
"Iya, kata Dokter, kamu boleh pulang setelah infusnya habis, demammu membuat dirimu kehilangan tenaga, jadi lebih baik istirahat seharian tanpa melakukan aktivitas, aku pun sudah menghubungi Mark untuk datang kesini." kata Saint menjelaskan kondisi Perth padanya.

"Sekali lagi, terimakasih Phi." kata Perth dengan tulus dan tersenyum, Saint juga ikut tersenyum.

"Aku pulang dulu yah, aku masih ada urusan." kata Saint lalu meningalkan kamar Perth.

Saint Suppapong, senior dari Perth, yang dari awal tidak pernah menyukai Perth.
Alasannya? Hanya tidak menyukai tanpa memikirkan alasan, ia pikir Perth adalah anak sombong yang suka cari perhatian, karena banyak wanita, bahkan lelaki yang menyukai anak itu, namun ia lebih suka menyendiri. Banyak yang membully Perth, tapi Perth tidak pernah membela diri.

Aneh, itu kesan Saint pada Perth. Namun saat melihat Perth yang lemah seperti tadi siang, mendadak hati nurani Saint tersentuh.
Nyatanya kini ia sadar, Perth bukan anak yang buruk.

Mungkin, mulai saat itu, Saint memandang Perth dengan pandangan baru.

...

Mark dan Mean pun sampai di kamar Perth, sesuai isi pesan Saint.
"Phi?" Perth terkejut melihat mereka berdua.

"Kamu sakit apa?" tanya Mark sambil berjalan dan duduk di depan Perth lalu menyentuh dahi bocah itu.
Mean hanya menghela nafas malas melihat kebucinan Mark yang kambuh.

"Hanya demam, dan hanya perlu istirahat." kata Perth sedikit gugup menerima perhatian dari Mark.
"Aku khawatir, maaf yah tadi nggak peka kalau kamu sakit." kata Mark merasa bersalah.
Mean hanya jengah memandang dua sejoli dimabuk cinta, begini amat nasibnya.
"Tae, Saint sudah pulang?" tanya Mean baru sadar penolong Perth tidak ada disini.

"Iya, P'Saint sudah pulang." kata Perth.
"Kata dokter gimana?" tanya Mean penasaran, apa demam adiknya ini parah?

"Hanya butuh istirahat saja, dan boleh pulang setelah infusnya habis." kata Perth.

"Mark, beliin aku makan dong, lapar nih lihat kau jadi bucin depanku." sindir Mean, agar Mark peka, ia butuh waktu mengobrol berdua dengan adiknya.
Mark tumben saja sadar diri.
"Oke, pumpung aku baik hati." kata Mark sambil berdiri.
"Tunggu Phi yah, mau belikan makanan untuk Tuan Mean." kata Mark sambil menyindir Mean.
Tenang saja, mereka berdua hanya bercanda.

Mean duduk sebelah Perth.
"Sudah baikan?" tanya Mean perhatian pada sang adik.
"Sudah kok, maaf yah pasti bikin Phi Mean dan Phi Mark khawatir." kata Perth merasa bersalah.
Mean menghela nafas lega, setidaknya, nongnya kini baik-baik saja.

Mean mengusak rambut Perth dengan lembut.

"Lain kali hubungi Phi yah, jangan bikin khawatir. Oh iya, mau ngobrol sama Bunda? Bunda sudah pulang ini." kata Mean sambil menyambungkan panggilan pada bunda keduanya.

"Hallo Perth." seru Bunda senang mendengar suara putra bungsunya.
"Bunda, Perth rindu." kata Perth sambil tersenyum.
"Apalagi Bunda ini, sakit apa kamu nak?" tanya Bunda dengan nada khawatir.
"Hanya demam karena rindu Bunda." jawab Perth sambil tersenyum saat mendengar tawa Bunda disana.
"Bunda juga rindu sekali sama kamu dong sayang." kata sang Bunda.

Dan obrolan anak dan ibu itu masih berlangsung selama beberapa menit, membiarkan Mean hanya menatap adiknya yang senang dan bahagia mendengar untaian kata rindu dan lainnya dari Bunda mereka.
Bukan hanya Mean, ternyata Mark juga tersenyum dibalik pintu sambil menenteng makanan untuk mereka bertiga.

Heartbeat (MP - End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang