20[CC]

5.3K 367 51
                                    

Author POV.

Jimin baru tau, membobol wanita segel akan senikmat ini. Meski membutuhkan waktu hingga sejam untuk membukanya. Minji sudah sesenggukan meminta berhenti, tapi Jimin memilih tutup telinga. Sudah berjalan di tengah sekarang di suruh balik lagi? Tolong di catat, Jimin sudah lama puasa, jadi sekali dapat lampu hijau ia tancap tanpa tunda-tunda.

"Dad, sakitt ahh-hikss pelan-pelan sedikit-awwhh,"

"No baby, tidak bisa—ouh, ini nikmat sekali, sempith dan hangat."

Minji bertumpu pada wastafel yang menampilkan dirinya yang merintih didera sakit sekaligus nikmat, serta Jimin yang sibuk bekerja di belakangnya-sangat terlihat panas. Dan ini sudah klimaks kesekian kalinya untuk Jimin di dalam rahim istrinya.

Bahkan Minji bisa merasakan hangat dan full di dalam sana. Jimin dan nafsu buasnya membuat Minji menyesal untuk menggoda duluan.

"Jimm—hiks! sudah—ahh," Jimin menyemburkan sekali lagi dan itu membuat Minji semakin lemas, kakinya seperti jelly hingga Jimin dengan sigap merengkuh pinggangnya kuat, dan ia semakin membenamkan kejantanannya dengan dalam.

"Lelah, hm?" Tanya Jimin, menumpukan dagunya di bahu Minji dengan mata terpejam, ia masih memerah benihnya agar tidak terbuang sia-sia di lantai.

"Iya—nghh capek, Jim," Lirih Minji, nafasnya sudah seperti orang asma dadakan.

"Cintaku, ini baru 3 jam permainan, dan sudah capek?"

Ini yang Minji tak suka dari Jimin, tak pernah merasa puas dalam segala hal.

"Yak! Itu sudah lama durasinya, pabbo!" Minji menyikut perut Jimin dengan kesal.

"Tapi, Daddy mau lagi Mommy~" Oh no Jimin mulai merengek lagi. Dan ini juga yang Minji tak suka, ia pasti akan lemah.

"Yasudah pindah tempat! Kau pikir aku tak lelah berdiri?!" Hingga Jimin tersenyum menang, lalu menggendong tubuh lemah di depannya dengan gaya koala.




Jimin mendudukan istri galaknya di pangkuan, menatap lekat netra istrinya. "Apa sekarang masa suburmu?"

"Kupikir iya, karena minggu lalu aku sudah datang bulan." Minji balas menatap suaminya, tangan lentiknya menyapu halus helaian rambut Jimin.

"Bolehkah aku berharap dengan kehadirannya?" Minji yang paham kemana arah pembicaraan Jimin tersenyum dengan teduh, lalu mengangguk. Menempelkan dahi satu sama lain, dan bibir mereka kembali bertemu.

"Daddy harus bekerja kerja keras, kalau ingin dia hadir." Bisik Minji, lalu menyembunyikan wajahnya di atas kepala Jimin.

"Yes sure, sekarang Daddy berikan Mommy yang mengambil tempo sesuka hati."

Hingga akhirnya mereka menghabiskan malam bercinta hingga hampir fajar pukul 4 pagi.





















































°°°




































Makan pagi kali ini Jimin khusus yang membuat, ia tak membiarkan maidnya membantu, tak ingin ada campur tangan. Karena semalaman ia sudah berjanji pada istrinya, ia mau melayani Jimin hingga fajar tapi semua pekerjaan kecil di mansion Jimin yang handel. Dan alhasil inilah yang ia garap terlebih dahulu.

Sandwich daging tuna panggang dan sari jus ala Park Jimin sudah siap di meja makan. Langkah kedua, membangunkan jagoannya, yang seingatnya semalam masih merajuk.

"Boy, bangun ya? Sudah pagi, Jaebi harus sekolah."

Jaebi langsung bangun dari tidurnya saat mendengar suara Jimin di sisi kiri kasurnya, dan bergegas ke kamar mandi dengan langkah gontai tidak menyahut barang sedikitpun.

"Mau Daddy mandikan?" Masih tidak mau menyahut, itu membuat Jimin mengalah dan ikut menyusul ke kamar mandi.

Dan seperti biasa jika sudah di kamar mandi bersama pasti sangat ribut, karena teriakan yang saling sahut-sahutan.

"Jangan cuci belalai Jaebi!!" Jaebi berteriak, ia hanya ingin Daddy-nya ini menemaninya mandi buka memandikannya. Dan suara gaduh itu sudah pasti mengusik tidur nyenyak sang Mommy di kamar utama.

"Tidak boy, kau habis pipis jadi harus di cuci!"

"Tapi tangan Daddy nakal sentil-sentil!"

"Daddy tidak!"

"Iya Daddy melakukannya-huwee hikseu! Tidak mau mandi dengan Daddy, mau sama Mommy! Huweee!!"

"Hey, ini harus bersih, kalau tidak bersih tidak ada gadis yang mau dekat dengan Jaebi!"

"Tidak ada hubungannya...hiks, Daddy jahat-hiks!!"

Astaga ingin rasanya Jimin menenggelamkan anaknya ke bak mandi. Bisa bedakan menyentil dengan memilin tidak sih?

"Boy, lihat Daddy sudah pelan, dan Daddy tidak ada menyentil, arra?"

"Hiks, tidak mau mandi dengan Daddy pokoknya! Mau mommy, mau Mommy!!!"
Sengaja pura-pura menangis agar Daddy-nya kena omel oleh Mommy-nya pagi ini, dan sepertinya akan seru, itung-itung balas dendam akibat semalam.

Sedangkan si Daddy sudah menyumpal mulut Jaebi dengan tangannya untuk meredam suara.

Astaga mati kau Park! Tak sampai hitungan menit ini aku jamin. Batinnya.

Ceklek!!




















Byur!






Basah, semua basah. Minji datang dengan muka yang tidak bisa diajak kompromi, tangannya membawa ember yang berisi air yang ia ambil dari kamar mandi sebelah dan menyiram dua laki-laki itu dengan tidak elitnya.

"Cepat selesaikan! Tidak usah ada mulut!"

Dua anak adam langsung mingkem, tak ada teriakan tak ada tangisan lagi. Takut jika berkutik akan membuat nyonya muda tambah murka.

Jimin segera menyelesaikan acara mandi dengan anaknya, setelah itu membantu mengenakan seragam, lalu turun ke bawah untuk sarapan.

Sesi sarapan semuanya hening tak ada obrolan seperti pagi sebelumnya.

"Besok jangan ke kantor dulu ya, Jim. Mommy dan Appa akan pulang dari Brisbane, kita akan jemput mereka di airport."
Celetuk Minji setelah hening cukup lama, ia tadi dikirimkan pesan oleh mertuanya bahwa besok mereka pulang ke Seoul.

"Jaebi ikuttt,"

"No, kau sekolah." Jaebi melengkungkan bibirnya sedih, ia menatap kesal Daddy-nya.

"Mommy boleh??" Mencoba meminta pertimbangan si Mommy dengan wajah anjing bak minta dipungut.

"Iya boleh, sayang."

Jaebi menjulurkan lidahnya menang ke arah si Daddy yang hanya menatapnya datar.














A.N

Aku rehatnya lama juga ya baru sadar hehe.
NC-nya gak hot, gak apa dah ya? Soalnya mentok di sono bikin part ena. Maybe next-next chapter bakal aku buat sepanas yang aku bisa.

Dan kabar baiknya sebentar lagi ff ini tamatt!

Semoga seneng ya sama part ini

Thancu all😽🌹
















Crazy Ceo [PJM]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang