06[CC]

5K 572 58
                                    

Author POV.

Jimin pulang dari meeting-nya pukul setengah enam sore, tidak terlalu lama, tidak terlalu cepat. Tapi, cukup melelahkan juga meladeni para pejabat tinggi yang mulutnya seperti ember sobek, Intinya mereka itu tidak mau terkalahkan.

"Dimana Jaebi?" Minji yang tengah menonton televisipun terkejut dengan kehadiran Jimin yang tiba-tiba di sebelahnya.

"Ada di kamar, sir." Jimin ikut duduk di sebelah Minji, menyaksikan acara televisi sambil menggulungkan lengan kemejanya hingga sesiku.

Jimin terdiam sebentar, lalu berujar halus. "Kau sudah makan?"

Minji berdehem canggung, tumben sekali bos muda ini menanyakan tentangnya sudah makan atau belum.
"Sudah tadi,"

"Aku memiliki strategi untuk rencana kita selanjutnya. Langkah pertamaku yang akan kuambil ialah memberikan pengertian kepada Jungkook untuk berakhirnya hubungan kami, kedua aku akan membawa Jaebi ke Seoul dan mengangkatnya menjadi putraku dan tentu kau harus ikut andil menjadi perantaraku, aku tak perduli dengan reaksi orang tuaku yang pulang-pulang membawa seorang anak laki-laki."

Jimin berujar dengan gamblang sambil memijit lehernya yang terasa kaku.

Dan setelah berujar demikian masih banyak ada rencana yang sudah tersusun apik di otak cerdas Jimin.

Minji tak mau ambil pusing dengan rencana bosnya, setidaknya mereka saling menguntungkan dalam hubungan ini.

"Baiklah, anda tinggal atur saja waktunya, sir." celetuk Minji santai.

"Ohh-tadi saya memesan kamar hanya satu saja, jika anda ingin tidur dengan nyaman saya bisa memesankan lagi." lanjutnya, tapi Jimin hanya menggeleng lalu bergegas pergi ke kamar.

Minji mengikuti dari belakang. "Aku bisa tidur di sofa tadi dan kau bisa temani Jaebi di kamar..." Akhirnya Jimin yang mengalah untuk malam ini.

"Ne..."




°°°





Saat ini sebenarnya mereka bertiga tengah berada di pusat belanja, niatnya mau membeli kebutuhan Jaebi yang baru dari kemarin Jimin angkat.

"Ajusshi," panggil Jaebi, tangan kecilnya menarik ujung kemeja kotak-kotak milik Jimin.

Jimin tersenyum sabar, lalu menyahuti dengan alis yang naik sebelah. "Boleh makan tidak??? Jaebi lapar..." Lalu si kecil Jaebi menundukkan kepalanya- malu.

"Tentu, tak ada yang melarang, boy."

Anak itu sedari tadi sudah lapar sebenarnya, tapi hanya takut untuk bicara. Soalnya kan Jimin yang bayar, jika saja kalau Minji yang bayar sudah sedari awal ia bicara. Ia masih sedikit takut dengan wajah Jimin yang terkadang datar saat berbicara dengannya, entah apa salahnya, tapi berbeda dengan raut wajah Minji yang sangat bersahabat dengannya walau dikondisi apapun jadi ia cenderung lebih berani.

"Kemari sayang," titah Minji, lalu masuk ke dalam restoran cepat saji yang tersedia disana, dan tentu diikuti oleh Jimin yang di belakangnya.


"Ajusshi apa kita akan beli mainan banyak nanti?" ujar Jaebi dengan mata polosnya dan bertepatan saat makanan mereka sudah datang.

"Tergantung, kalau kau jadi anak baik maka seluruh mainan kesukaanmu akan kubelikan,"

"Jaebi mau jadi anak baik, Ajusshi."

Crazy Ceo [PJM]Where stories live. Discover now