04[CC]

5.9K 608 43
                                    

Author POV.

Hari ini adalah hari perjalanan meeting Jimin untuk kali pertamanya bersama klien dari Negeri barat; Norwegian. Ditemani oleh sang sekretaris yang berjalan dibelakangnya dengan tampang terlampau datar, namun terlihat nakal. Karena, pakaian minimnya ia menjadi tatapan orang-orang. Salahkan saja mulut Jimin yang tukang atur itu!

"Bahan-bahanku untuk meeting sudah siaga?" ujar Jimin saat ia melihat Minji tak bersuara sedari tadi.

"Jika belum, kita tidak akan di sini, Sir." celetuk Minji seadanya. Karena itu memang fakta, jika bahan belum ada mereka tidak mungkin di sini, kan?

"Memangnya kau siapa hingga berani menjawab pertanyaan atasanmu acuh begitu?!" Jeda. "Kau kugajih, ingat? Jadi bersopanlah." Karena dari pengelihatan Jimin cara bicara sekretarisnya datar dan dia tidak suka dibegitukan, tapi kalau dia yang begitu tentu boleh.

Minji menarik nafas lalu membuangnya kasar, sampai-sampai Jimin bisa mendengarnya.

"Sir, pakaian ini sungguh tidak nyaman. Apa-apaan dada saya di tepas hingga terekspos seperti ini? Belum lagi rok ini robek di bagian belakangnya."

Jimin meneliti penampilan sekretaris cerewetnya dari bawah ke atas. "Ya kuno! Dari yang aku lihat, rata-rata seorang sekretaris memang seperti ini bodoh!" Jeda. "Apa katamu tadi? Rok bagian belakang robek? Otakmu saja yang kurang berfungsi alias kolot, itu namanya rok span! Aku membelinya mahal dan mana mungkin aku memberimu barang rongsokan?"

Terlalu tajam! Hati Minji jadi sedikit tercubit akibat kesal. Ia menggerlingkan matanya malas lalu membuka laptop Jimin untuk mencari materi yang kemarin ia kirim lewat e-mail.

Jimin duduk di kursi kebesarannya yang berada di ruang meeting, ia dengan jeli memperhatikan gadis bertampang datar di depannya. Jika ia pikir-pikir penampilan Minji hari ini lebih berkesan di bandingkan dengan hari-hari biasanya yang selalu tertutup dengan celana gombyong dan kemeja sedikit kebesaran.

Ngomong-ngomong soal pakaian Minji, dan entah dari mana ia jadi terbesit untuk mencari seorang gadis untuk menuruti ancaman Mommy-nya dalam kurun waktu dekat ini. "Nanti aku ingin minta tolong padamu dan kau harus membantuku, karena kau satu-satunya gadis yang aku percaya disini."

Minji mengangkat kepalanya setelah mendengar ucapan sang boss. Itu tadi minta bantuan atau memerintah? "Tergantung,"

"Katakan berapa yang kau mau? Akan kuberi berapa'pun itu." tawar Jimin. Ia sudah sedikit ada tekad untuk memberi apapun pada sekretarisnya jika ia berhasil mengelabuhi Mommy-nya.

"Tuan muda Park yang terhormat, disini anda pikir saya ini matrealistis? Saya tidak butuh uang anda jika tidak melalui hasil keringat sendiri." sengit Minji tak terima.

"Kalau begitu kenapa kau mengucapkan kata 'tergantung' yang seakan di dalam kata itu mengandung makna won?"

Apakah makna kata 'tergantung' selalu bermaksud won? Beginikah otak seseorang lulusan luar negeri? Batin Minji.

"Lupakan, jadi bantuan apa maksudnya?"

"Jadi kekasih pura-puraku dan setelahnya kita menikah lalu cerai setelah beberapa bulan pernikahan, bagaimana?" "Kau akan tetap mendapat bagian harta dariku."

"Anda berbicara seperti itu dengan saya seakan menyuap seorang anak kecil? Anda pikir pernikahan bisa dijadikan sandiwara?"

"Lalu setelah kita cerai apakah status saya masih bisa dipandang gadis? pasti tidak! Semua orang pasti akan menganggap saya janda dan saya tidak mau itu terjadi!" Minji berujar panjang-panjang, tapi lihat reaksi seorang Park Jimin? Santai tanpa beban.

Crazy Ceo [PJM]Where stories live. Discover now