09[CC]

4.7K 497 69
                                    

Author POV.

Jimin menggenggam tangan lentik Minji di depan altar dengan senyum mengembang di wajah tampannya. Ini adalah hari manis mereka berdua yang akan mereka jalani dari sekarang sampai kedepan.

Pendeta sudah membacakan beberapa doa suci pemberekatan untuk pasangan pengantin di depannya, dan dengan khidmat para tamu undangan beserta keluarga besar tersenyum haru menyaksikan dua sejoli yang saat ini tengah bersiap untuk merapalkan janji suci mereka..

Namun, di balik ini tak ada yang tau tersemat sebuah perjanjian kertas yang sudah tercoret tinta hitam permanen yang telah terencana semalam.

"Di hadapan Tuhan Yesus dan para saksi, aku menggenggam tanganmu dengan rasa tulus cintaku. Semoga engkau dapat menjadi pendamping hidupku, sebagai istriku, sampai akhir hayat kita." Tak ada rasa gentar di wajah Jimin, hingga semua berpikir ini benar-benar murni dan tulus.

"Dihadapan Tuhan Yesus dan para saksi, aku berdoa semoga engkau, suamiku agar berusia panjang dan dapat hidup bersamaku dengan penuh setia sampai akhir hayat nanti." Minji pun sama, belajar mengikuti alur yang Jimin buat tanpa terlihat gurat keraguan.


Tiba sesi memasangkan cincin berlian di jari pasangan yang membuat riuh tamu undang bertepuk tangan.

"Dipersilahkan memberi sebuah ciuman kepada pasangan,"
Ini memang hal wajib yang akan pendeta lontarkan pada pasangan suami-istri yang baru sah menikah.

Jimin memulai aksinya dengan maju selangkah agar lebih dekat menggapai bibir tipis Minji. Sedangakan Minji melengkungkan bibir tipisnya kebawah bertada ia tak mau.

Menarik pinggang Minji untuk lebih merapat dan berujar lirih.
"Kau tak bisa menolah, Sayang." bisik Jimin, lalu menempelkan bibir penuhnya pada bibir tipis Minji. Memejamkan mata saat ciuman Jimin benar-benar terasa hambar di bibirnya. Namun, anehnya bibir tipis miliknya itu seakan enggan lepas dari bibir bervolume di depannya.

Hingga sekian sekon, sorakan tamu undangan membuat ciuman Jimin terlepas, lalu tersenyum kepada semua tamu hadirin untuk memamerkan kemesraannya.

Dan sebaliknya, kini Minji yang giliran mencium kening lebar Jimin dengan hati-hati. Jimin memejamkan matanya menikmati bibir basah menempeli keningnya. Tepuk tangan makin heboh saat hal ini terjadi.

"Dasar micin." cibir Chanyeol, sambil mengapit bahu sempit istrinya yang juga ikut tersenyum teduh melihat adik iparnya mempersunting seorang wanita.

Chanyeol menikah lebih dulu dari Jimin. Prinsip Nyonya Park, tidak boleh melangkahi saudara yang lebih tua hehe.




°°°

Setelah seharian penuh berdiri, kini akhirnya mereka bisa istirahat. Jimin mengelus sayang punggung Jaebi yang tak mau lepas darinya, sedangkan Minji sedang membersihkan diri di kamar mandi.

"Boy, bangun dulu. Daddy mau ganti baju," pinta Jimin, ia menggoyang anaknya tapi tak mau bergerak.

"Andwe, mau seperti ini..." Jimin menghela nafas, ia berjalan ke balkon masih dengan Jaebi di gendongannya.

Mencari udara malam yang segar sepertinya dapat menghilangkan rasa lelahnya. Menghirup udara malam yang cukup dingin ditambah sambil mendengarkan bibir kecil Jaebi yang berceloteh tak jelas.

"Kalau sudah besar ingin menjadi apa, Baby?" tanya Jimin, ia duduk nyaman di sofa yang ada bersama Jaebi.

"Ingin jadi Daddy." sahut Jaebi singkat. Jawaban yang meleset.

"Dad, apa benar nanti malam Jaebi akan mendapatkan adik kecil?" Mendongakkan kepalanya guna melihat wajah Jimin yang saat ini tengah tersenyum canggung.

Crazy Ceo [PJM]Where stories live. Discover now