08[CC]

4.7K 544 64
                                    

Author POV.

Jaebi menangis keras di pelukan sang Grandma, karena ponselnya ia banting ke balkon tadi, tangannya reflek membanting hingga layar ponsel baru itu menghitam dan retak, tak ada suara, tak ada cahaya yang membuat ia panik dan saat ini baru tau menyesal melakukan hal seperti tadi.

"Grandma, rindu Daddy-hikss...mau Daddy-huweee," rengeknya, sambil melingkarkan kaki kecilnya di pinggang sang Grandma. Bom membenarkan posisi gendongannya, lalu mengecup wajah basah cucunya.

"Iya-iya, kita cari Daddy-mu sekarang, jangan menangis arraseo?" Jaebi menjawab lewat anggukan sambil sesenggukan menahan tangisnya.

Alasannya Jaebi sampai histeris seperti ini, karena Jimin maupun Minji tidak ada pulang dari semalam. Mereka berdua sedang sibuk-sibuknya harus mengerjakan dokumen penting yang akan di pakai besok. Status boleh bos, tapi jika genting begini Jimin mana bisa leha-leha. Dari itu, mereka istirahat di kantor dan tak ada mengabarkan apapun pada sang anak.

Hingga Jaebi bangun tidur tidak mendapati siapa-siapa di sebelahnya membuatnya linglung dan kebingungan mencari. Ia tidak bisa ditinggal sendirian dari dulu.

"Daddy, Mommy-hiks~huuks"

"Ini sebentar lagi akan sampai," sahut Bom dengan sabar, ia masih ingat tak boleh melimpahkan emosi untuk anak sekecil ini..

°°°

Masuk ke dalam lobi kantor, banyak orang yang membungkuk sopan kepada Nyonya Park atas kedatangannya yang tiba-tiba, dengan anak kecil di gendongannya yang mereka yakini anak dari si bos muda.

"Selamat pagi, Nyonya besar." sapa resepsionis disana dengan manis.

"Ya, pagi."

Park Bom juga terkenal akan sifat sadisnya di kalangan sini. Pernah dulu ia bertengkar dengan sekretaris suaminya akibat memberi godaan kepada sang suami dengan memakai rok semini mungkin dan baju yang sangat-sangat kekurangan bahan kain, hingga ia sendiri yang memecat sekretaris cabul itu.

Melangkahkan kakinya besar-besar menuju pintu yang di desain dengan aksen gebyok Bali. Tak isi acara mengetuk-ngetuk, langsung buka dan masuk ke dalam.

"Bagus-anak kalian menangis di rumah dan disini dengan enaknya tidur sambil pelukan, hm?!"

Jimin melepaskan tangannya yang melingkari pinggang Minji dengan gerakan slow motion efek bangun tidur, mengerjap pelan dan baru sadar- ia baru ingat jika mereka tidur sambil pelukan begini.

"Kita kelelahan, Mom. Banyak tugas yang harus kita garap." ujar Jimin, mulutnya menguap lebar, melirik Minji yang sama sekali tak terusik tidurnya membuat Jimin berpikir mungkin sangat kelelahan.

"Rugi kau punya karyawan banyak, pecat saja mereka kalau begitu!"

"Ck! Mom, masih pagi."

"Aku tak ada mengatakan ini siang!"

"Daddy..."

Jimin menoleh pada mahluk kecil di balik punggung Mommy-nya. Ia baru lihat ada anaknya yang ikut.

"Sini boy,"

Jaebi mengulurkan tangannya pada Jimin dan ikut naik ke kasur besar di ruang itu.

"Daddy janji pulang, tapi Daddy berbohong dengan Jaebi." lirik Jaebi, sambil menatap mata sabit Jimin.

"Maaf ya, Daddy ikar janji. Besok-besok tidak lagi, janji?"

Menautkan jari keling sambil mengecup dahi kecil sang anak.

"Daddy dengar dari Grandma, Jaebi mengamuk kemarin hingga membanting ponsel, apa benar?"

Detik itu juga Jaebi menunduk takut saat ingat kelakuannya kemarin, berdoa agar Jimin tidak marah dengannya, tapi apa daya semuanya sudah telat.

Crazy Ceo [PJM]Where stories live. Discover now