Sebenarnya rencana awal aku juga ingin kembali meminjam buku, tapi karena ada Hyunji yang menunggu akhirnya kubatalkan niatku. Besok saja saat akan berangkat kerja aku mampir kesini lagi.

Tidak sampai 10 menit aku sudah kembali menemui Hyunji. Suasana di antara kami masih sama. Canggung dan tidak menyenangkan.

"Mau ngobrol dimana? Kantin? Atau kau mau ke cafe?" aku bertanya padanya. Yah, aku hanya mempertimbangkan jika saja dia tidak nyaman kalau kuajak ke kantin kampusku. Apalagi beberapa orang yang lewat sempat memandanginya perutnya yang mulai besar. Sebenarnya juga sah-sah saja kan kuliah dalam keadaan hamil.

"Ke kafe saja." Hyunji langsung mendahului langkahku.

Ck, ketus sekali.

Lagi-lagi, kami tidak jalan bersebelahan. Kubiarkan saja dia memimpin jalannya. Toh dia yang memang ada perlu ingin mengobrol. Biar dia memilih tempat mana yang dia inginkan.

Untuk mengusir rasa canggungku dan menenangkan diri, aku memasang headset lantas memutar musik di ponsel. Aku perlu mengalihkan perhatianku. Untuk menghadapi orang seperti Hyunji, aku tidak boleh sampai terlihat seperti terintimidasi.

🍑🍑🍑

"Langsung saja ya." Hyunji menatapku dengan sedikit tidak bersahabat.

Sekarang kami sedang berada di cafe dekat kampus, duduk berhadapan di sudut ruangan.

"Sejak kapan kau mengenal Jaehyun? Kenal di mana?" aku menyandarkan punggung pada sandaran. Apa-apaan ini? Sudah seperti interogasi saja.

"Kenapa memangnya?" alih-alih menjawab, aku justru kembali bertanya. Kepo sekali dia.

"Jujur saja aku tidak yakin kalau kau itu benar pacarnya Jaehyun." Hyunji melipat tangan di dada dengan tatapan menyelidik.

Sial, apa kami ketahuan kalau hanya pura-pura pacaran?

"Kenapa begitu? Kenapa kau yakin sekali?" tanyaku kemudian.

"Mudah saja, aku tahu siapa saja yang ada dalam lingkaran pertemanan Jaehyun. Lalu tiba-tiba dia mengaku kau adalah pacarnya? Aku tidak akan percaya semudah itu."

Aku mengerti. Hyunji memang terobsesi dengan Jaehyun. Dia pasti tahu segala hal mengenai Jaehyun. Aku tidak kaget jika Hyunji menyangkal hubungan kami.

"Jadi bagaimana kalian bisa berpacaran?" dia bertanya lagi, menyeringai sambil mengelus perutnya.

"Untuk informasimu saja, aku sedang mengandung anak Jaehyun."

"Ck pfft," astaga, hampir saja aku kelepasan.

"Maaf, apa kau yakin?" Hyunji mengernyit melihat reaksiku. Aku yakin ini jauh dari bayangannya. Tapi sepertinya aku harus meluruskan apa yang ia bengkokkan.

"Apa maksudmu? Jadi kau sudah tahu?"

"Apa kau yakin itu benar-benar anak Jaehyun?" aku memperjelas pertanyaanku.

"Tentu saja." Hyunji menjawab yakin.

Sulit untuk mengetahui apakah dia berbohong atau tidak. Untuk beberapa saat aku hanya menatapnya. "Kau sudah tahu tapi kenapa masih nekat berpacaran dengannya?"

"Dasar tidak tahu diri." Hyunji bergumam tapi aku masih bisa mendengarnya.

Apa-apaan gadis ini, seenaknya saja.

"Sudahlah aku cuma mau bilang itu. Toh kau sudah tahu sendiri. Untuk itu, kuharap kau segera meninggalkan Jaehyun."

Belum sempat aku menjawab, Hyunji melanjutkan. "Aku sudah tidak peduli bagaimana kalian bisa saling mengenal, tidak penting juga untukku. Aku mengatakan ini supaya kau tidak menyesal nantinya."

Affected [COMPLETED]Where stories live. Discover now