(43)

13.4K 1.2K 105
                                    

"Bangun Kak, Rian kangen!" Gue mengeratkan pelukan gue ditubuh Kak Ken yang masih terbaring lemas di ranjang perawatannya.

Empat tahun berlalu selama empat tahun itu juga gak terlalu banyak yang berubah, hanya keyakinan gue kalau suatu saat Kak Ken akan bangun yang masih bisa gue jaga sampai sekarang.

Kesepian? Sangat tapi gue bertahan untuk Andra, gue mau Kak Ken tahu kalau gue mencoba sebaik mungkin membesarkan anak kita dengan terus mengenal Kak Ken sebagai Ayahnya.

"Kenapa Ayah gak pernah bangun?" Gue hanya memeluk Andra setiap kali pertanyaan semacam ini muncul.

"Ayah akan bangun sayang, Ayah akan membalas sapaan bahkan dekapan kita, suatu saat!" Jawaban gue akan selalu sama, gue yakin untuk itu.

Selama Kak Ken masih bernafas gue gak akan pernah berubah, masih bisa melihat wajahnya, masih bisa menggenggam tangannya bahkan gue masih bisa memeluk Kak Ken adalah suatu kebahagian.

.
.
.

"Mau Kakak anter pulang sekarang Ri? Andra kayanya juga udah ngantuk!" Gue menganguk pelan untuk pertanyaan Kak Reza.

Semenjak Kak Ken koma dan Om Erlangga meninggal, semenjak itu juga Kak Reza pindah tinggal untuk nemenin gue, hampir 6 bulan Kak Reza gak bisa jalan dan semuanya membaik seiring berjalannya waktu.

Sakit? Bukan hanya gue yang merasakan, semua keluarga gue merasakannya, Lily yang dipenjara seumur hidup, Om Erlangga yang meninggal, Kak Reza yang berusaha cukup keras untuk bisa balik jalan kaya semula semua itu adalah proses.

Hanya Kak Kendra yang masih setia berbaring diranjang perawatannya, gue akan sabar menunggu itu, mungkin Kak Ken lelah, gue akan membiarkan Kak Ken berisitirahat semaunya tapi tolong, bangun setelah semua kelelahan itu hilang, gue butuh suami gue.

"Ayo sayang salim sama Ayah dulu!" Andra turun dari gendongan Kak Reza dan berjalan pelan meraih tangan Kak Ken, mengecupnya lembut dan mengusap wajah Kak Kendra sekilas dengan tangan mungilnya.

"Rian pulang dulu Kak, love you!" Dan giliran gue yang melakukan hal yang sama, gue mengecup kening Kak Ken cukup lama dan kembali memperbaiki selimut Kak Kendra.

Selama perjalanan hanya diisi dengan ocehannya Andra ditambah pertanyaan gak gunanya Kak Reza, Kak Reza bisa gak sih berhenti bawel? Nikah sana!

"Setelah Andra tidur Kakak mau bicara!" Ucap Kak Reza dan kembali fokus dengan kemudinya.

Kalau Kak Reza udah ngomong serius itu artinya memang ada yang penting dan keyakinan gue makin kuat begitu kita sampai dirumah udah ada Ayah sama Bunda yang duduk nunggu diruang tamu.

"Rian bawa naik Andra dulu!" Izin gue naik ke atas untuk nidurin Andra.

Gue mengecup kening Andra sekilas dan balik turun untuk nemuin orang tua gue dibawah, ada masalah apa sampai-sampai Ayah sama Bunda dateng ke rumah malam-malam begini?

"Jadi kenapa?" Tanya gue to the point begitu mendudukkan tubuh gue disofa.

"Kamu gak kasian sama Andra Dek? Andra butuh kasih sayang seorang Ayah!" Ucap Bunda yang membuat gue menatap Bunda bingung, kekurangan kasih sayang? Maksudnya apa?

"Maksud Bunda? Kekurangan kasih sayang gimana disaat Andra punya Mas Arya, Mas Ian bahkan Kak Reza sebagai sosok pengganti Ayahnya?" Tanya gue mulai nebak arah pembicaraan Bunda.

"Tapi Kakak kamu suatu saat juga akan punya keluarga sendiri, Arya sama Ian bahkan sudah menikah Dek, mereka punya tanggung jawab lain!" Kekeh Bunda.

"Jadi Bunda mau Rian gimana?" Tanya gue tersenyum miris, apa Bunda akan terus membahas masalah ini.

"Kamu gak berencana nyari pengganti Kendra? Ayah untuk Andra?" Dan kesabaran gue hampir habis.

"Ayah Andra masih ada Bunda, suami Rian masih hidup! Kak Ken masih hidup!" Ucap gue menekankan setiap katanya.

"Tapi ini udah empat tahun Dek, Kendra gak akan bangun, dokter sendiri yang bilang begitu, Adek mau nunggu apa lagi?"

"Bunda!" Dan suara gue meninggi, Kak Reza mengusap bahu gue menenangkan.

"Maksud Bunda baik Ri!" Ingat Kak Reza ke gue.

"Sekarang Rian tanya, apa Bunda akan bersedia menikah lagi kalau Ayah berbaring koma selama bertahun-tahun? Apa Ayah akan nyari pengganti Bunda kalau Bunda berbaring koma tanpa Ayah tahu kapan Bunda akan bangun?" Lirih gue menatap Ayah sama Bunda bergantian.

"Ayah minta maaf!" Jawab Ayah mengusap kasar wajahnya.

"Rian bahagia hanya dengan menatap wajah suami Rian Bunda! Bunda tahu kenapa? Karena Rian tahu, sadar ataupun koma, perasaan Kak Ken gak akan berubah, begitu juga perasaan Riana!"

"Jadi Rian mohon, Rian harap ini adalah kali terakhir Rian denger Bunda bahas masalah kaya gini! Bagi Rian, gak ada kata andai! Kak Ken akan bangun suatu saat nanti!"

"Kalau udah gak ada yang mau dibahas, Rian naik dulu, Rian mau istirahat!" Gue bangkit dan balik masuk ke kamar gue.

Gue masuk dan langsung menghempaskan tubuh gue asal di ranjang, empat tahun memang bukan waktu yang singkat tapi seberapa lamapun itu, gak akan ada kata lelah kalau untuk menunggu seseorang yang sangat berarti.

Empat tahun gue membesarkan Andra sendirian, gue selalu bilang ke Andra kalau Ayahnya capek, Ayah butuh istirahat, mungkin suatu saat Andra akan mengerti dengan kondisi Ayahnya tapi apapun itu gak akan ngubah satu kenyataan kalau Ayahnya Andra masih hidup.

Mungkin akan butuh waktu yang sangat lama untuk Kak Ken bangun gue gak peduli dan andai kata Kak Ken gak akan pernah bangun lagi sekalipun, gue gak akan nyari pengganti suami gue.

Andra cuma akan punya satu Ayah seumur hidupnya, Kendra Adipati Darma, selamanya akan kaya gitu.

.
.
.

"Pagi sayang!" Ucap gue mengecup kening Kak Ken seperti biasa.

Mungkin Kak Ken akan tertawa mendengar panggilan sayang gue sekarang, karena dulu, mau dipaksa segimanapun, kata-kata sayang gak akan pernah keluar secara ikhlas dari mulut gue.

Gue mengecup kening Kak Ken dan mengusap pipinya pelan, gue sama sekali gak ngizinin suster atau perawat disini untuk ngebersihin suami gue, gue masih bisa ngelakuinnya sendiri.

"Pagi banget Mbak Rian?" Sapa salah seorang suster yang udah cukup kenal sama gue disini.

"Kebetulan Andra lagi main sama Abinya jadi bisa lebih cepet ngurusin Ayahnya hari ini!" Balas gue tersenyum sekilas.

"Kalau Mas Kendra tahu Mbak Rian selalu perhatian kaya gini, Mas Kendra pasti bakalan bahagia banget! Semoga Mas Kendra cepet bangun ya Mbak!"

"Aminn, makasih Sus!" Setelah selesai ngecek Kak Kendra, susternya balik keluar meninggalkan gue sama Kak Ken kembali dalam keheningan.

"Riana kangen Kak!" Gue menggenggam tangan Kak Ken dan meletakkannya diatas kepala gue, gue mau tangan Kak Ken ngusap sayang kepala gue seperti biasanya, gue kangen itu.

"Rian kangen!" Ulang gue meneteskan air mata.

"Apa kamu menangis seperti ini setiap hari?"

Married with My Senior (END)Where stories live. Discover now