(26)

12.6K 1.3K 71
                                    

"Kalau kamu tahu kenapa? Apa kamu akan nyari kesempatan lain untuk ketemu Reza tanpa izin suami kamu Riana?" Tanya Kak Ken dengan tatapan dinginnya.

Gue yang ditanya kaya gitu berdiri mematung dengan perasaan bersalah yang tetiba terasa semakin menjadi, sikap dingin Kak Kendra juga nambah ngebuat nyali gue menciut dan berakhir dengan tertunduk pasrah gitu aja.

"Jawab Kakak Riana! Harus gimana lagi Kakak ngingetin kamu supaya kamu bisa ngerti? Diluar sana terlalu berbahaya untuk kamu." Nada suara Kak Ken meninggi.

"Kak, Riana bisa jelasin."

"Jelasin apa? Kamu mau bilang kalau kamu gak sengaja ketemu Reza setelah nunggu cukup lama didepan ruang baca? Atau kamu mau bilang kalau kamu bertindak jauh lebih bodoh kaya gini karena gak mau Kakak kenapa-napa?"

Kak Ken bahkan tahu kalau gue udah nunggu Kak Reza lama diruang baca, apa Kak Ken nunggu gue selama itu? Gue cuma gak mau Kak Ken kenapa-napa kaya kemarin.

"Ri, jangan ngebuat Kakak khawatir, Kakak cuma minta itu dari kamu apa susahnya?" Kak Ken mengusap wajahnya dengan tatapan sesekali memperhatikan gue.

Gue akui disini gue yang salah, gak seharusnya gue nemuin Kak Reza tanpa izin dulu ke Kak Kendra tapi kalau izin jawabannya udah pasti gak bakalan boleh, mana mau Kak Ken ngizinin gue masuk ke kandang buaya?

Denger gue nemuin Kak Reza aja Kak Ken udah semrawut seharian, ini mau izin baik-baik untuk ketemu Kak Reza lagi? Mimpi gue ketinggian.

"Maaf!" Cuma kata maaf yang bisa meluncur dari mulut bergetar gue, gak natap Kak Ken sama sekali, gue narik handuk sembarangan dan berlalu ke kamar mandi, butuh penyegaran.

"Kak!" Panggilan gue yang diabaikan Kak Kendra, beneran marah ni orang, dari mulai selesai makan malam tadi ni orang masih ngediemin gue.

"Marah sih boleh tapi jangan sampai ngediemin Rian juga, kalau mau marah ya marah aja, diem jangan." Cicit gue memberanikan diri natap Kak Kendra.

Bukannya ngerespon, Kak Ken malah nutup kasar buku bacaannya dan berlalu turun ke bawah gitu aja, mau nyusul males, gak disusul masalahnya gak bakalan kelar.

Gue udah minta maaf, Kak Ken mau gue gimana lagi coba? Gue juga udah ngaku gue salah terus Kak Ken mau apa? Mau gue nangis-nangis didepan dia buat minta maaf? Ayolah gue gak secengeng itu.

"Kak, Rian ngomong sama Kakak, semua bisa kita bicarain baik-baikkan?" Gue narik lengan Kak Ken yang membuat Kak Ken terpaksa memberhentikan langkah.

"Ngomong baik-baik? Kenapa baru sekarang? Kemarin sebelum ketemu Reza kenapa gak ngomong baik-baik sama Kakak dulu?" Dan gue balik kicep.

"Kak, Rian tahu Rian salah, Rian minta maaf."

"Kamu bahkan gak tahu kenapa Kakak marah Ri."

"Oke, kasih tahu Rian kenapa Kakak bisa semarah ini? Karena Rian ketemu Kak Reza tanpa izin Kakak? Atau Kakak marah karena apa?"

"Cari tahu sendiri." Kak Ken melepas genggaman gue dilengannya dan ngambil kunci mobil gitu aja, Ya Allah batin gue, kenapa Kak Ken seaneh itu? Cari tahu sendiri pula katanya, kaya anak kecil banget.

Kabur-kaburan gak bakalan nyelesain masalah, kalau naik keatas balik Kak Ken malah keburu jalan duluan, ah bodo amat, dengan piama yang gue pake sekarang, gue berlari keluar dari rumah dan langsung masuk ke mobil Kak Ken yang siap jalan.

"Ngapain? Turun." Ucap Kak Ken natap gue kaget.

"Gak, Kakak mau kemana? Biasanya selalu bilang kalau ada masalah dibicarain lah ini apaan? Kakak yang kabur." Balas gue sengit.

Married with My Senior (END)Where stories live. Discover now