(12)

16.9K 1.7K 91
                                    

Gue melemparkan tas sembarangan dan menghempaskan tubuh gue asal diranjang, entah kenapa kehidupan gue belakanban ini beneran nguras emosi, bukan karena tugas kuliah tapi karena tugas ngejahuin Kak Ken, ribet.

Kaki gue rasanya susah banget diajak kompromi, setiap kali ngeliat Kak Kendra, kaki gue bakalan berlari kearah Kak Ken andai gue bisa tapi itu beneran nggak mungkin.

"Dek!" Gue yang kaget sama panggilan barusan langsung bangkit dan mendapati Mas Arya berdiri diambang pintu kamar gue.

"Mas masuk lewat mana?" Tanya gue natap Mas Arya aneh, yang tahu passcode rumah gue ya cuma gue sama Kak Kendra.

"Ngebobol jendela, ya nanya suami kamu." Apa itu lucu menurut Mas Arya?

"Mas ngapain kesini? Nggak ngabarin juga, kalau aku sama Kak Ken nggak dirumah, Mas mau ketemu siapa?" Nggak kaya biasanya.

"Mas bisa tahu kamu dimanapun kalau lewat Kendra." Becandaannya nggak lucu banget, dikata Kak Ken masang GPS buat gue.

"Jadi ada apa? Kalau bukan hal penting, Mas nggak mungkin jauh-jauh kemari." Itu pasti.

"Mas baru tahu kalau kamu mulai pinter, Mas memang mau ngomong sesuatu sama kamu, Dek." Dan tatapan Mas Arya langsung berubah serius.

"Apa?"

"Apa Ken minta kalian untuk segera punya momongan?" Hah? Jauh-jauh kemari cuma mau nanya ini doang? Masalah ini udah selesai gue bahas sama Kak Ken langsung jadi nggak perlu dibahas lagi.

"Mas, masalah ini aku sama Kak Ken udah se_

"Terima permintaan Kendra!" Dan gue langsung keselek angin sama ucapan Mas Arya sekarang.

Ini Mas Arya tahu dari mana lagi permintaan Kak Ken yang itu? Apa dari Mas Ian? Aish dasar ember bocor Mas Ian, ngapain pakai ngasih tahu Mas Arya coba? Tapi apa tadi katanya? Gue harus terima permintaannya Kak Kendra? Nggak salah? Dikata punya momongan segampang beli permen diwarung.

"Mas, Mas jangan ikutan nggak beres kaya Kak Ken deh, kenapa aku harus terima permintaan Kak Ken yang nggak jelas itu?" Dadakan dan kaya nggak pikir panjang.

"Nggak akan Mas ulang, terima permintaan Ken kalau kamu mau beban suami kamu lebih ringan." Tatapan serius Mas Arya beneran bikin gue makin bingung.

Ini sebenernya semua orang pada kenapa? Apa nggak ada yang bisa ngasih penjelasan supaya gue beneran paham? Bukannya malah bikin gue makin bingung.

"Mas cuma mau bilang itu jadi langsung pulang sekarang, pikirin ucapan Mas baik-baik." Mas Arya ngusap kepala gue sekilas dan keluar dari kamar giti aja.

Gue sendiri ikut turun dan nyusulin Mas Arya setidaknya nganterin Mas Arya sampai depan pintu, kenapa masalah momongan aja jadi seribet ini? Yang ngomong jadi semua anggota keluar, terus pada nyuruh terima permintaan Kak Kendra? Apa gue bisa?

Berselang setengah jam Mas Arya pulang, Kak Kendra juga pulang lengkap dengan raut wajah letihnya, apa Kak Ken bisa selelah itu cuma karena ngerjain skripsi? Apa skripsi semenyeramkan itu? Enggak perasaan.

"Tadi Mas Arya kemari." Ucap gue begitu Kak Ken mendudukkan tubuhnya disofa kamar.

Gue memperhatikan Kak Kendra yang masih setia menyandarkan tubuhnya disofa dengan mata terpejam juga bangkit ikut mendudukkan tubuh gue disebelahnya.

"Kak!" Panggil gue menatap Kak Ken nggak yakin.

"Heeumm!" Gumam Kak Ken belum menatap gue sama sekali.

"Aku terima permintaan Kakak." Dan detik itu juga Kak Ken mulai membuka matanya tapi belum menatap gue balik.

"Kak, lihat aku, aku serius." Gue menangkup kedua wajah Kak Ken untuk menatap gue balik.

Married with My Senior (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant