(4)

20.5K 2K 97
                                    

"Kalian bisa tidur di kamar tamu." Dan gue langsung natap Bunda sama Ayah nggak percaya, kalian? Gue sama Kak Ken maksudnya? Sekamar gitu? Oh ogah.

"Misah bisakan Bun?" Tanya gue dengan ekspresi jelas nggak terima, gue nolak bukan karena gue nggak suka sama Kak Ken tapi ya kali sekamar? Semenjak nikah aja nhgak pernah, kenapa tetiba harus tidur sekamar? Kan aneh.

"Bisa, Kendra dikamar tamu, kamu diluar, teras luas Dek." Gue langsung natap horor Mas Arya sekarang, ni orang memang paling suka ngerjain gue.

"Udah sana jangan banyak mikir, udah sah jugakan? Bahu Ken udah kesemutan tu nampung kepala kamu berjam-jam." Terus aja Mas, terus.

Mengabaikan ocehan nggak bermamfaatnya Mas Arya, gue narik lengan kemeja Kak Ken pelan ngajak masuk ke kamar, gue bahkan masih heran sekarang, sepanjang perjalanan Kak Ken belum ngeluarin satu kalimatpun, mau nampung kepala gue aja rasanya gue harus sujud syukur.

"Yakin seranjang?" Tanya gue menatap Kak Kendra sekilas.

"Heumm, yang keberatan tidur dilantai." Nggak nunggu respon gue lagi, Kak Ken meletakkan tas sembarangan dan langsung merebahkan tubuhnya diranjang asal.

Hah? Setelah sepanjang perjalanan diem bak orang bisu, sekalinya ngomong kalimatnya ngajak berantem, kenapa kesannya ngeselin amat? Kak Ken nggak ngerasa risih apa seranjang sama gue? Tidurnya nyenyak gitu.

"Kak, beberes dulu sana, aku nggak mau ya tidur sama orang nggak mandi." Dan sama sekali nggak digubris.

Kalau udah kaya gini mau gue teriak-teriak bahkan marah-marah juga nggak guna, lebih baik simpan tenaga dan beberes, tadi apa katanya? Yang keberatan tidur dilantai? Ogah, ini rumah nenek gue, kalau ada yang harus tidur dilantai jelas bukan gue orangnya.

.

"Mau berapa lama lagi?" Tanya Kak Ken begitu gue buka mata, maksudnya apa?

"Bangun." Sambung Kak Ken, gue melirik kesekeliling dan begitu sadar, gue langsung bangun detik itu juga, gimana bisa gue ngejadiin lengan Kak Ken sadaran kepala gue untuk kedua kalinya?

Mengabaikan ekspresi kaget gue sekarang, Kak Ken narik handuk sembarangan dan berlalu masuk ke kamar mandi gitu aja, sepeninggalan Kak Ken, gue cuma bisa ngusap-ngusap dada nggak karuan, sebelum situasinya makin tak terkendali, lebih baik gue ngambil barang bawaan dan pindah beberes dikamar Mas Arya, mati kutu gue ngadepin Kak Kendra.

Masih separuh sadar, gue masuk ke kamar Mas Arya tanpa ngetuk pintu lebih dulu, untung Mas Arya udah selesai beberes jadi bisa gue usir paksa keluar dari kamar.

"Jangan lama, kalau udah langsung turun sarapan, kita jemput Ian di bandara." Gue mengangguk cepat ngedorong Mas Arya keluar.

Selesai beberes, gue turun masih dengan nafas tercekat memperhatikan Kak Kendra yang udah duduk dimeja makan dengan muka datarnya seperti biasa, ngebayangin gue bangun dengan posisi kaya tadi pagi malah terus bikin gue geleng-geleng kepala.

"Gila gila gila!" Bantin gue meronta minta penjelasan.

"Kalian jadi pulang nanti sore Ken?" Pertanyaan Ayah yang membuat gue mengalihkan pandangan, gue bahkan mulai natap Ayah sama Kak Ken bergantian.

"Ken nggak punya pilihan lain, Yah." Pulang? Kemana? Ke rumahkah? Yes, gue bisa lebih tenang.

"Memang Kak Ken mau pulang kemana?" Tanya gue memastikan dan berharap tebakan gue bener.

"Pulang ke rumah." Jawab Ayah yang membuat senyum gue mengembang.

"Hati-hati kalau gitu." Basa basi gue, aslian perasaan gue kaya ada bunga bermekaran sangking bahagianya.

Married with My Senior (END)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें