(23)

14.1K 1.3K 68
                                    

"Kita mau kemana?" Tanya gue ke Kak Ken hang masih fokus dengan kemudinya.

"Makan?" Itu ngasih tahu apa nanya balik?

"Kakak akan ngelakuin apapun kalau bareng kamu!" Gue tersenyum untuk jawaban Kak Ken.

Mengingat kenyataan kalau Kak Ken itu kutu buku terlepas dari bagaimanapun penampilannya, gue pikir model pacaran Kak Ken gak bakalan jauh-jauh dari yang namanya toko buku atau perpustakaan.

Selesai makan, Kak Ken ngebawa gue jalan muter-muter mall dan sepanjang perjalanan juga Kak Ken gak melepaskan genggamannya ditangan gue.

"Kakak gak malu diliatin orang?" Tanya gue sedikit gak yakin, ayolah ini Indonesia, pacaran sambilan gandengan beneran bukan hal yang umum dipertunjukkan didepan orang rame.

"Kita punya buku nikah." Kak Ken tersenyum dan mengeratkan genggamannya ditangan gue.

Kalimat Kak Ken selalu irit tapi sekalinya ngomong selalu sukses ngebuat orang kehabisan kata, punya buku nikah pula katanya, kwkwkwk.

"Mau cari sesuatu?" Tawar Kak Ken yang langsung gue angguki.

"Ikut Rian!" Gue narik lengan Kak Ken berjalan kearah berlawanan secara tetiba dan bruk!

"Maaf Mas kita gak sengaja!" Ucap Kak Ken membantu menepuk bagian luar lutut gue.

"Gak papa!" Ucap gue tersenyum untuk Kak Ken, kita berdua mendongak dan seketika ekpresi kita berdua langsung berubah.

"Istri gue gak sengaja!" Ulang Kak Ken menatap Kak Reza dingin.

"Maaf!" Cicit gue dan menatap Kak Reza sekilas sebelum meraih uluran tangan Kak Ken dan berjalanan ninggalin Kak Reza gitu aja.

.
.
.

Dirumah, gue yang memang lagi bersandar diranjang menatap Kak Kendra sekilas begitu tiba-tiba Kak Ken merebahkan tubuhnya dengan paha gue sebagai bantalan.

"Udah makan?" Tanya gue dengan tatapan masih fokus dengan buku bacaan gue sekarang.

"Kita makan dua kali selama jalan tadi, masih harus makan lagi?" Ish.

"Kak, ngomongin buku nikah nih, kenapa buku nikah kita fotonya pada misah ya, kan kepingin kaya negara-negara lain gitu, foto dibuku nikah itu bareng." Jelas gue mulai mikir serius, ya menurut gue itu satu hal yang sangat menarik, foto bareng buat buku nikah, ngegemesin banget.

"Kebanyakan nonton drama." Tumben ditanggepin.

"Tapi romatis tahu! Liat kita, mana ada foto berdua? Foto akad aja kepaksa gitu mukanya."

"Mungkin kalau cerai lebih gampang bagi-bagi fotonya, gak harus dirobek jadi dua dulu." Dan gue langsung nimpuk kepala Kak Ken pake bantal, kalau ngomong ngasal banget.

"Sakit Ri!"

"Kakak memang sakit, Kakak berencana mau pisah sama Rian? Kalau berencana pisah ngapain capek-capek nikah?" Emosi gue.

"Kakak gak keberatan pindah negara cuma untuk mendapatkan buku nikah seperti yang kamu mau!" Kak Ken mengedipkan matanya ke gue, dasar gak waras.

.
.
.

"Pagi, Rian berangkat bareng Kakak ya!" Ucap gue disela suapan Kak Ken, Kak Ken mengangguk pelan dan menyelesaikan sarapannya.

"Udah?" Tanya Kak Ken begitu gue keluar, gue mengiyakan dengan tatapan masih belum beralih sedikitpun dari Kak Ken, Kak Ken yakin mau ke kampus dengan tampilan kaya gini? Kemana kacamata sama penampilan cupu plus culunnya?

"Kenapa?"

"Kakak yakin mau kaya gini ke kampus? Gak mau ganti lagi gitu? Itu sepatu juga ngapain pake beli kembaran sama Rian? Pake barengan lagi." Tanya gue nunjuk kaki Kak Ken sekarang dengan dagu gue.

Bukannya ngejawab, Kak Ken tersenyum sekilas dan masuk ke mobil lebih dulu, dasar suami ngeselin, penampilan boleh berubah tapi sikap dingin sama kakunya itu udah bawaan lahir kayanya.

Sampai dikampus, gue turun dan terpaksa memberhentikan langkah begitu Kak Ken balik manggil nama gue.

"Kenapa lagi?" Tanya gue datar.

"Bareng Kakak!" Kak Ken berniat menggenggam tangan gue yang langsung refleks gue kantongin, yak kemarin jalan sambil gandengan aja udah cukup susah gue nutup malunya lah sekarang mau gandengan dikampus? Mendingan gue kabur selagi bisa.

"Rian masuk dulu!" Gue melambaikan tangan gue untuk Kak Ken dan berjalan cepat masuk ke kampus, penampilan Kak Ken sekarang juga udah cukup narik perhatian orang-orang jadi gak perlu ngedrama lagi.

"Kenapa lo?" Tanya Lily begitu gue duduk disebelahnya sambilan ngusap-ngusap dada.

"Kelakuan Kak Ken semakin mengkhawatirkan!" Jawab gue sambilan geleng-geleng kepala kalau inget kelakuan suami gue.

"Kak Ken cuma takut kehilangan lo, sikapnya itu cuma sebagai bentuk pemberontakan! Kak Ken mau semua orang tahu kalau lo itu miliknya dia."

"Gue bukan barang yang bisa dikasih segel kepemilikan!"

"Yakin belum disegel?" Hah? Kampret banget memang si Lily.

"Otak lo juga sama gak beresnya." Gue noyor kepala Lily dan tepat saat Lily mau ngebales noyor kepala gue dosennya masuk.

Selesai kelas, gue masih duduk disamping Lily dan mulai memejamkan mata, gue males keluar sedangkan Kak Ken tadi minta gue nunggu, tatapan orang-orang natap gue dengan tatapan gak percaya mereka.

"Pantes mau, ternyata Kak Ken seganteng itu, Kak Ken kenapa mau sama modelan Riana? Cantikan gue juga kemana-mana!" Kalimat kaya gini ni yang ngebuat gue males keluar kelas.

"Ri, lusakan sidangnya Kak Ken, lo gak mau dateng?" Tanya Lily yang gue bales dengan gelengan, gue ngasih selamat dirumah aja tar juga bisa.

"Kenapa? Gak takut Kak Ken ditikung perempuan lain?"

"Ayolah Ly, hidup gue bukan sinetron apalagi drama, pelakor itu cuma ada di film-film, mereka ngerubutin Kak Kendra mungkin karena masih penasaran aja tar juga bosen."

"Kalau Kak Ken yang nyeleweng gimana? Lo gak takut?" Lily makin serius aja.

"Kalau Kak Ken nyeleweng, gue tinggal putar arah, masih banyak laki-laki lain." Gak jujur banget jawaban gue memang, gue bahkan tersenyum dengan mata masih terpejam untuk jawaban gue barusan.

"Apa hati bisa berpaling semudah itu?" Gue membatin.

Masih gue mikir, sentilan dikening gue langsung ngebuat gue membuka mata dan berniat ngebales Lily, gue kirain Lily yang nyentil barusan, ternyata bukan.

"Nemuin modelan kamu aja udah cukup sulit." Kak Ken orangnya, Lily bahkan gak bisa nyembunyiin senyuman merhatiin kita berdua.

"Penindasan mulu." Gue ngusap kening gue dan bangkit berdiri.

"Ayo pulang, mau bareng Ly?" Tanya Kak Ken bahkan gak natap Lily sama sekali, sadar atau enggak tapi ada segurat kekecewaan di wajah Lily.

"Lily bawa mobil Kak!"

"Kalau gitu kita duluan!" Dan nunggu respon Lily lagi, Kak Ken ngambil alih tas gue dan narik gue keluar kelas gitu aja.

"Hati-hati ya Ly." Teriak gue ke Lily.

"Kakak bisa lebih baik sedikit gak kalau sama temennya Rian? Dingin banget." Ucap gue karena gak enak sama tatapan Lily tadi.

Gue memang gak mau Kak Ken ninggalin gue karena perempuan lain apalagi itu temen gue sendiri tapi jangan juga nyakitin hati mereka dengan sikap gak karuannya Kak Ken.

"Kalau bukan temen kamu Kakak bahkan gak akan mengeluarkan sepatah katapun."

"Ayo pulang!"

Married with My Senior (END)Where stories live. Discover now