Echa melerai pelukkannya, ia mencoba menghirup oksigen sebanyak mungkin.

"Jul... gue bingung" lirihnya.

"Cha... tenang dulu, cerita pelan-pelan ke gue ya".

"Om... Om Endru nelpon, kasih kabar di mana Burhan sekarang. Dia di Bali ternyata selama ini, sembunyi dan jadi mafia. Om Endru bilang, kalau Burhan punya anak perempuan seusia kita. Berapa bulan lalu, anaknya pindah ke Bandung" Echa berusaha menghirup oksigen lagi.

"Om Endru bilang kalau dia baru pindah sekolah di Harja" sambungnya.

July langsung terkejut, setahu July cuma 1 murid baru yang pindah ke sekolah Harja.

"Jangan bilang..." July seakan kehabisan kata-kata.

Echa mengangguk "Zeta Aliyah, cewek yang sekarang jadi pacarnya Sasa".

Bahu July langsung merosot ke bawah, ia yakin masalah kali ini lebih rumit. Apalagi melibatkan persahabatan.

"Gue... gue takut Jul. Gue ngerasa kalau ... kalau Burhan sengaja mindahin Zeta ke sini. Lo tau kan, maksud gue?".

July mengangguk "Iya gue paham Cha, tapi... kenapa harus Sasa?".

"Lawan gue makin licik sekarang, gue... gue gak tau sanggup apa nggak Jul" Echa kembali menangis.

"Cha...gue yakin lo bisa, lo itu sahabat gue yang paling kuat".

"Nggak Jul, asal lo tahu. Gue capek ... gue capek sama semua masalah ini. Kenapa gak pernah selesai?! Hubungan gue sama Sasa, makin jauh! Gue pengen rasain kayak cewek remaja lainnya. Seneng-seneng, pacaran, jalan-jalan, tapi... kenapa cewek seumur gue udah harus ngurus perusahaan?! Gue capek Jul, gue nyerah!!" teriak Echa sambil menjambak rambutnya.

July meraih kedua tangan Echa "Cha...Hei... jangan ngomong gitu. Lo gak sendirian, lo punya kita. Kita bakal bantuin lo, apapun caranya".

Echa menghentakkan tangan July. July kaget dengan respon yang di berikan oleh Echa.

"Nggak! gue nggak mau! lo semua berhak bahagia! Gue...Gue cuma sendirian. Jul anterin gue ke orangtua gue, gue mau sama mereka aja. Ayo Jul!" Echa meraih tangan July dan wajahnya sangat memohon.

"Cha... istighfar! Jangan kayak gini! lo harus tenang, gue telpon Nana bentar" July beranjak dari duduknya, saat ia hendak merogoh sakunya, Echa langsung berdiri.

"Jangan Jul!! Jangan!! Kasian Nana sama yang lain. Nanti mereka menderita karena gue. Ayo, lo aja yang anterin gue! Ayo!!" Echa menggoyangkan tangan July.

"Cha... lo gak pernah nyusahin para sahabat lo. Mereka sayang sama lo Cha" July berusaha untuk membuat Echa tidak panik.

"Kalau lo gak mau anterin gue, biar gue aja!" Echa langsung berjalan dengan cepat ke arah cermin besar.

Tanpa hitungan waktu ia memukul cermin tersebut sebanyak 3 kali, menghasilkan serpihan kaca yang tercecer di lantai.

"Chaca!! Cha!! Istighfar Cha!" teriak July, ia semakin panik. Tidak menunggu waktu lama, July langsung menghubungi Juna. Pandangan July terus menatap Echa yang kini terduduk lemas.

💟


"Duluan aja, gue mau beliin Chaca cilok" suruh Juna kepada para sahabatnya. Mereka semua mengangguk dan meninggalkan Juna.

Setelah ia pesan cilok, Juna membayar cilok tersebut. Saat menunggu kembalian, ponselnya bergetar, ia segera melihat siapa yang menelponnya.

"Halo Ay..."

"Na, ka... kamu dimana?"

Juna sedikit heran dengan suara kekasihnya itu "Aku lagi beli cilok buat Chaca, kenapa?".

Recha 'FINISH' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang