Echa berusaha menenangkan dirinya, ia sangat tidak menyangka kalau Zeta adalah anaknya Burhan. Pantas saja, Echa sangat tidak suka saat Zeta mengakrabkan kepada dirinya dan para sahabatnya.

Ponsel Echa bergetar lagi, ia langsung mengangkat ponselnya tersebut.

"Cha... kamu kenapa?".

"Nggak Om, Echa cuma kaget. Om, apa Burhan punya rencana sesuatu? Buktinya, kenapa Zeta pindah ke Bandung? Ini semua bukan kebetulan kan Om?".

"Untuk itu, Om sama teman Om masih menyelidiki Cha. Emangnya kamu sudah ketemu Zeta itu?".

"Udah Om, sekarang Echa takut Om" lirihnya. Ia tidak bisa berusaha kuat untuk sekarang. Ia perlu bahu seseorang untuk bersandar.

"Takut, takut apa Cha? Takut Zeta berbuat nekat sama kamu?".

"Sekarang, sekarang dia udah bertindak Om. Meskipun Echa belum tahu modusnya apa".

"Maksudnya?".

"Dia jadian dengan Isa, Echa takut dia...dia gunain Isa sebagai kelemahan Echa".

Endru menarik nafasnya dengan gusar "Cha... kamu tenang dulu. Kita cari jalan keluarnya sama-sama. Om tidak akan membiarkan Burhan menghancurkan kamu dan orang-orang terdekat kamu. Sabar ya..." pinta Endru.

"Iya Om... makasih atas informasinya" Echa memutuskan sambungan teleponnya.

Ia terduduk di pinggiran ranjang, Echa menangis. Ia merasa lelah, ia takut, ia merasa kalah dan lengah.

"Ma...Pa... Apa Echa nyerah aja? Apa Echa jaga harus sia-sia sekarang? Echa harus gimana lagi? Echa capek banget ..." lirihnya.

💟

July sedang menghabiskan es teh manisnya, tiba-tiba ponselnya bergetar. July menatap layar ponselnya, ada sebuah pesan dari Endru.

Tentu July bingung, pertama kalinya Endru mengirim pesan kepada dirinya.
July membuka pesab tersebut.

Om Endru : July, Om minta tolong. Tenangkan Echa, jaga dia untuk sementara. Echa perlu kalian.

July terdiam, perasaannya tiba-tiba tidak enak. Ia masukkan ponsel ke dalam sakunya.

"Ay, mau ke toilet dulu. Udah kebelet" bisiknya, Juna menoleh lalu mengangguk.

Dengan secepat kilat July berjalan sambil berakting pura-pura kebelet pipis.

Setelah merasa aman, July membelokkan langkahnya ke markas. Insting seorang July bermain, ia buka pintu markas, ternyata tidak di kunci.

Ia masuk dan menutup pintu tersebut, ia berjalan menuju kamar yang pintunya tertutup.

Tidak lama ia mendengar tangisan, tanpa menunggu lama ia buka perlahan pintu tersebut.

Bisa Ia lihat Echa menangis dengan kedua tangan menutupi wajahnya. July memberanikan diri untuk masuk dan menutup pintu kamar.

Ia berjalan mendekati Echa "Cha..." panggilnya dengan perlahan.

Echa mendongak, ia melihat July di depannya dengan raut wajah khawatir.
Tidak menunggu lama lagi, Echa memeluk July dengan erat. Tentunya tangisan Echa semakin menjadi.

July awalnya kaget, namun ia berusaha menenangkan sahabatnya itu.

"Cha...tenang dulu ya... cerita baik-baik sama gue" di elusnya punggung Echa yang bergetar.

Recha 'FINISH' Where stories live. Discover now