48. Masalah hati

37.6K 1.4K 83
                                    

Budidayakan vomen sebelum lanjut membaca...

Happy Reading...

•••

"Makasih ya, Kak?!" ucap Shalsa setelah turun dari motor dan berdiri disampingnya.

"Sama-sama," ujar David sembari melepaskan helm fullface yang dikenakannya. Lalu disimpannya helm tersebut di tangki motor.

"Ca..." panggil David dengan tatapan seriusnya setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Kenapa, Kak?"

"Lo masih yakin buat bikin mereka balikan?" tanya David menatap lurus kedalam bola mata Shalsa.

Shalsa belum menjawab, tapi sepertinya David sudah tau jawabannya.

"Saran gue, Ca... Kalo lo gak ya—"

"Shalsa yakin seratus persen kok, Kak." potong Shalsa dengan sungguh-sungguh.

Bukan apa-apa. David sudah sering menanyakan itu kepadanya yakin tidaknya jika Alfa dan Amara kembali. Dan Shalsa tidak mau dengan pertanyaan David yang berulang-ulang membuat keyakinan Shalsa goyah dengan keputusannya sendiri.

David menganggidikkan bahu acuh.

Keras kepala!

Itulah yang David nilai dari dalam diri Shalsa. Tidak hanya keras kepala. Sepertinya Shalsa juga mempunyai sifat yang terlalu mementingkan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingannya sendiri.

"Gue cuma mau mastiin aja..." kata David kemudian mengambil helm yang tadi disimpanya. "Kalo gitu gue balik," pamit David kemudian memakai helm dan segera menstater motornya. Memberi klakson tanda David pergi.

Setelah perginya David, Shalsa berbalik berjalan menuju gerbang rumahnya. Tapi langkahnya harus terhenti karena mengingat perkataan David tadi di kantin.

Flashback on

30 menit sudah Shalsa lewati hanya dengan duduk diam memainkan ponselnya di kantin tempatnya sekarang.

Seperti janjinya tadi ketika istirahat bahwa dia dan Alfa akan pulang bersama. Dan Shalsa diharuskannya menunggu di kantin. Tidak harus sih, karena tadi Alfa sudah menawarinya menunggu di parkiran. Tapi karena Shalsa tidak ingin ada yang mencurigainya. Alangkah lebih baiknya Shalsa menunggu di kantin saja.

Jadi disinilah Shalsa sekarang. Kantin.

Puluhan chat sudah Shalsa kirim namun tak kunjung dapat balasan. Tidak hanya chat, miscall pun sudah Shalsa lakukan berpuluh-puluh kali.

Karena tak kunjung mendapat balasan, akhirnya Shalsa menyerah dan lebih memilih untuk menunggu saja. Mungkin saja Alfa sedang sibuk. Pikir Shalsa.

Tapi, tak lama kemudian Shalsa harus mendongakkan kepalanya melihat siapa yang datang. Diperkirakannya yang datang itu Alfa, tapi kenyataannya bukan.

"Masih nunggu Alfa?" tanya David basa-basi. Padahal sudah jelas jika Shalsa menunggu Alfa karena David tau mereka sudah janjian.

"Mmmm... Iya, Kak." David manggut-manggut.

"Ca..." panggil David membuat Shalsa menoleh.

"Iya?"

"Dari kapan lo nunggu Alfa disini?" tanya David perhatian. Kini, David tidak lagi berdiri disamping Shalsa yang sedang duduk. Tetapi ikut duduk dihadapan Shalsa.

"Emmm... 30 menitan mungkin," jawab Shalsa ragu-ragu sambil menggidikkan bahunya. Matanya tak menatap kearah David, melainkan kearah ponsel yang sedang ia genggam.

SHALFA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang