29. Jadi Sebenarnya Punya Siapa?

56K 2.3K 183
                                    

Budidayakan vomen nya 🤗🤗

Happy Reading...

•••

Shalsa yang mendapat balasan seperti itu hanya bisa membuang nafas pasrah. Padahal dirinya tadi seperti diterbangkan ke langit tertinggi. Eh nyatanya sekarang dirinya harus terjatuh karna orang yang sama.

Karena tidak mau memikirkan yang aneh-aneh, akhirnya Shalsa memikirkan hal lain. Yaitu tentang jaket yang kata Alfa di berikan kepada kakaknya -Amel.

Kini dirinya bertanya-tanya, kenapa jika sudah di kembalikan jaketnya. Kakak nya itu tidak memberitahu.

Padahal jika Amel memberi tau, tidak mungkin Shalsa akan berbuat yang memalukkan bagi dirinya sendiri seperti tadi. Ya, walaupun itu bukan kesalahan Shalsa tapi ponselnya. Tapi tetap saja Shalsa kini kesal pada kakaknya itu.

Lamunan Shalsa buyar ketika mendengar suara bel rumah berbunyi.

Segera Shalsa beranjak untuk pergi ke pintu utama untuk membuka kunci. Saat pintu sudah terbuka, nampaklah wanita paruh baya yang sedari pagi menghilang.

"Kenapa pintu mesti di kunci sih, Sha?" omel Rima datang-datang. "Mamahkan jadi gak bisa masuk, mana gak bawa kunci cadangan lagi," lanjutnya lalu segera masuk tanpa mau mendengar jawaban dari anaknya itu.

Shalsa yang mendengar omelan Mamahnya hanya bisa memutar bola mata malas. Lalu segera dirinya kembali menutup pintu utama tapi tidak di kunci seperti tadi.

"Kan Shalsa di rumah sendiri. Nanti kalo ada orang masuk pas Shalsa di atas gimana? Kan bisa kecolongan kalo gak di kunci," protes Shalsa menjawab pertanyaan mamahnya saat dirinya sudah berada di hadapan sang mamah.

Rima memutar bola mata malas, lalu bertanya "Emang kakak kamu kemana?"

"Pergi,"

"Kemana? Sama siapa?"

"Taudeh kemana, sama temen kampus kayaknya." seru Shalsa malas. Rima hanya mengangguk paham.

"Yaudah, Mamah mau mandi dulu, abis itu mau masak. Takut Papa kamu pulang agak siangan," seperti biasa, tanpa mendengar jawaban dari anaknya, Rima langsung melenggang pergi ke kamarnya.

"Dasar emak-emak," gumam Shalsa saat dirinya tak lagi melihat punggung Mamahnya. Lalu Shalsa pergi ke atas ke kamarnya untuk melakukan ritualnya juga seperti sang Mamah.

•••

"Ka?!" panggil Shalsa, Amel- Kakaknya hanya berdehem di karnakan sedang mengunyah makanannya.

"Jawkwet kewnapwa low-" ucapan Shalsa terpotong karena teguran dari Mamahnya.

"Telan dulu kali, Sha. Baru ngomong!"

Shalsa pun mengikuti perintah sang Mamah, setelah menelan makanan yang ada di dalam mulutnya, kini Shalsa kembali berbicara.

"Jaket udah di balikin kenapa gak kasih tau gue?" tanya Shalsa dengan nada jengkel.

Amel mengangkat pandangan dari piring di hadapannya hingga ke Shalsa.

"Lo udah tau?" Amel balik bertanya. Shalsa memutar bola mata jengah.

"Udah," jawab Shalsa malas.

"Siapa yang kasih tau? Dianya?" lagi-lagi, Amel bertanya dan melupakan pertanyaan dari Shalsa.

SHALFA [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang