34

3.2K 313 118
                                    

Kami sampai di depan pintu kamar hotelnya, Sergio membuka pintu itu dengan kartu akses lalu menarik aku untuk masuk ke dalam kamar hotelnya. Dia kembali menutup pintu kamarnya dengan kasar lalu berbalik dan menatapku tajam.

"Hei" sapaku, kikuk. Dia tetap diam. "Senang melihatmu lagi" aku mencoba untuk membuatnya sedikit jinak dan caraku gagal total.

"Puas dengan apa yang sudah kau lakukan sayang?" tanyanya.

"Uh?"

Dia maju dengan perlahan membuat aku berjalan mundur secara teratur, demi tuhan siapa pun tolong bawa aku kembali ke Whidbey Island.

"Se-Sergio..." langkahnya terhenti dan dia memijit pangkal hidungnya sambil mendesah frustrasi lalu berkata, "Tetap berdiri di tempatmu, jangan buat aku semakin marah"

Tubuhku langsung menegang kaku. Aku bersumpah, aku ingin berlari saat ini tapi kata-katanya itu seolah telah mengikat kedua kakiku untuk tetap berdiri di tempat. Sergio menggapaiku, sebelah tangannya memeluk pinggangku dan yang satunya lagi terulur untuk membuka topeng yang menutupi sebagian wajahku. Rahangnya semakin mengetat saat ia menatap mataku, "Apa yang kau pikirkan Green? Bagaimana jika kau tidak bertemu denganku di tempat itu?" tanyanya.

Aku menggigit bibir bawahku dengan gugup, "Kenapa aku tidak bisa menemukanmu?" tanyaku balik.

Kedua tangan Sergio meremas bahuku dengan kuat, "Karena aku berniat untuk kembali ke Seattle bersama Christian sebelum Bachelor Party Sean selesai!"

Oh.

Aku menunduk takut, "Aku hanya khawatir kau akan bersenang-senang dengan gadis New Orleans" gumamku.

Sergio membuang nafasnya dengan kasar, "Shit, itu tidak mungkin" ucapnya, "Aku tidak bisa membayangkan jika kita tidak bertemu di sana, sial pasti kau-oh aku benci untuk membayangkannya!"

Kini aku merasa buruk telah bertindak tanpa memikirkan risikonya, Sergio benar bagaimana jika kami tidak bertemu? Mungkin aku bisa dijebak oleh pria hidung belang dan aku harus menari dan menggoda para pria di ruangan itu sampai acara selesai. Aku menghembuskan nafas pelan kemudian mengusap lengannya yang di balut kemeja putih yang halus lalu berkata, "Maaf..." dengan sangat tulus.

Sergio bergeming dalam beberapa detik, kemudian pria itu mengusap wajahnya dengan kasar. Dia merangkum wajahku yang murung lalu berkata, "Jangan bertindak gegabah lagi, oke? Hubungi saja aku jika kau merasa khawatir"

Aku mengangguk paham sambil tersenyum lega karena dia sudah memaafkanku. Tapi, saat aku hendak memeluknya Sergio justru menahan tubuhku, pria itu menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala lalu matanya kembali ke mataku.

"Permintaan maaf di terima, tapi kau harus tetap mendapatkan pelajaran sayang" ucapnya dengan suara yang parau. Spontan kedua alisku terangkat naik. Saat aku hendak protes karena dia masih ingin menghukumku, Sergio justru mendorong tubuhku hingga punggungku menabrak dinding. Aku meringis.

"Setiap sentuhan yang kau berikan kepada para pria itu harus kuberi hukuman" ucapnya sambil mengunci kedua tanganku di atas kepala.

"Curls..."

"Sshh...berhenti berpikir untuk merayuku baby, terima saja hukumanmu ini akan menyenangkan" bisiknya. Nafasku berhembus pelan dan aku gemetaran mulai dari pinggul ke bawah.

- TBC -

Cerita lengkap Friends With Benefits sudah dapat kalian baca di KaryaKarsa seharga 62.500 rupiah. Cerita sudah lengkap dengan dua bonus chapternya ya!

Cara baca di KaryaKarsa :

1. Instal aplikasi KaryaKarsa di Google Playstore
2. Buat akun/daftar agar kamu bisa memberikan dukungan
3. Cari akun penulis di KaryaKarsa : Authorrere
4. Pilih karya/paket yang ingin kalian baca kemudian bayar dengan memilih salah satu dari metode pembayaran yang tersedia ( transfer bank, ovo, gopay, shopeepay, indomart, alfamart, pulsa, Dana, dll)

Jangan lupa untuk vote dan comment, perhatian dan dukungan sekecil apapun dari pembaca sangat berarti untuk penulis dalam berkarya!

Friends With Benefits (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang