7. Terima Apa Adanya

2.5K 163 6
                                    

Arka mengambil buku paket bahasa inggrisnya dari dalam loker. Ia sangat antusias belajar untuk mengikuti olimpiade yang akan dihadapinya beberapa hari yang akan datang.

Inilah kehidupan seorang Arkan Raihanata di sekolahan, hanya belajar-belajar dan belajar. Bahkan di hari pertamanya sekolah ia sudah berada di luar kota untuk melakukan olimpiade mata pelajaran kesukaannya, Kimia. Kehidupan yang membosankan:(

Arka membenarkan letak kacamatanya yang merosot karena seorang siswi yang dengan tiba-tiba mendorongnya keras sampai ia tersudut di deretan almari loker itu.

"Masih inget sama gue kan?" tanya Ika sedikit lembut.

"I..iya masih,"

Ika tersenyum remeh.

"Lo tahu siapa gue kan?"

"Iya,"

"Siapa?"

"Ika,"

Ika melangkah lebih dekat, bahkan mereka terlihat sangat dekat sekarang. Ika mendekatkan kepalanya ke telinga kanan Arka,

"Lo punya uang?"

"Iya,"

Ika langsung melangkah mundur, ia tersenyum lebar dan dalam seperkian detik senyuman manisnya berubah menjadi senyuman sinis.

"Beli'in gue bakso sama es jeruk dong di kantin,"

"Bisakan?" Itu bukan pertanyaan, itu bahkan lebih mirip seperti kalimat perintah yang seakan tidak boleh dibantah oleh siapapun.

"Ta..tapi gue.."

"Nggak ada tapi-tapian Arka. Karena lo udah gue tetapin sebagai bawahan gue, sampai gue bosen sama lo, oke?" potong Ika.

"Iya,"

"Gue kasih waktu 10 menit, makanan pesenan gue harus lo bawa ke gue. Setelah ini gue bakal stay di kelas kok, jadi lo nggak usah khawatir,"

"Iya,"

Ika berlalu pergi. Sedangkan Arka menghela napas berat, jadi seperti ini rasanya menjadi bahan bulian dari seorang cewek broken home.

Kenapa Arka menyebut Ika broken home? Karena menurutnya seseorang tak akan sekejam itu kalau memang tidak benar-benar sedang mempunyai masalah yang rumit dalam kehidupannya.

Arka mengembalikan buku tebalnya itu ke dalam loker, ia akan ke kantin dulu-- membeli pesanan Ika, baru ia akan melanjutkan belajarnya setelah itu.

.
.
.

Ika dengan tatapan datarnya kembali duduk di ruang BP hanya karena kesalahan yang sangat sederhana, menurutnya.

"Seminggu Ika! Belum ada seminggu saya sudah lihat wajah kamu 3 kali di ruangan ini," gertak Bu Erni.

"Saya sampai bingung mau ngomong apa, semua jenis kosa kata sudah saya gunakan buat nasihat-in kamu,"

Ika masih diam, ia benar-benar malas meladeni orang di depannya ini, ia sangat bosan melihat wajah sok galaknya itu.

"Arka yang ngelaporin saya?" tanya Ika tajam.

"Kenapa? Kamu mau buli orang yang udah ngelaporin kamu?"

"Saya cuma nyuruh dia beli makanan doang, emang salah?"

"Iya kalau itu cuma nyuruh, kamu kasih uang dia nggak?"

Bu Erni menghela napas berat.

"Saya sering dapet laporan kalau kamu ngambil uang salah satu orang yang katanya jadi bahan bulian kamu,"

Airka: My Queen BullyingWhere stories live. Discover now