49. Jebakan

1.3K 85 2
                                    


Seorang siswa dan siswi terlihat diam-diam mengeluarkan sesuatu dari saku seragam sekolah mereka masing-masing.

"Nanti jam tujuh gue tunggu di tempat itu," ucap Ervan dengan wajah serius.

"I...iya," jawab Fiza kaku.

"Kalau telat, Lo tahu sendiri akibatnya!" ucap Ervan memperingatkan, dan Fiza langsung mengangguk tanpa berpikir panjang.

Setelah itu Ervan melangkah pergi dengan seringaiannya.

"Tunggu aja!"

.
.
.

Ika menumpu kepalanya di atas tangan kiri, dengan matanya yang sibuk pada buku catatannya, sedangkan tangan kanannya terlihat dengan santainya menuliskan angka-angka di buku itu.

Sesekali ia melirik Arka yang juga melakukan hal sama dengannya. Membosankan, memang. Tapi hanya dengan alasan inilah ia bisa berduaan dengan Arka di ruang Fisika. Dengan alasan mengerjakan contoh soal-soal olimpiade ia dapat menghabiskan waktu produktifnya dengan Arka di sekolahan.

"Arka," panggil Ika saat tangannya mulai pegal karena sudah hampir 2 jam ia menulis jawaban di buku itu.

"Hm?" Arka menoleh singkat.

Ika melirik buku Arka, benar-benar ajaib pria itu. Di saat ia masih mengerjakan hampir 100 soal, Arka sudah menyelesaikan dua kali lipat dari soal yang ia kerjakan. Dan buku Arka pun juga tidak terlalu penuh coret-coretan seperti bukunya. Ika benar-benar iri melihatnya.

"Gue capek," keluh Ika.

Arka melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Masih ada setengah jam lagi," ucap Arka.

"Terus kenapa emangnya? Gue capek, laper, pegal banget mata sama tangan gue," ucap Ika sambil meregangkan lehernya hingga mengeluarkan suara.

"Yaudah, terus mau ngapain?" tanya Arka sambil menatap Ika intens.

Ika meneguk ludahnya kaku, ia langsung mengalihkan pandangannya dari mata yang selalu bisa membuatnya merona itu.

"Hm?" Arka semakin mendekatkan wajahnya.

Ika segera menjauh dari kursinya.

"Gue ke kantin,"

"Lo pesen apa?" tanya Ika basa-basi.

Arka memutar tubuhnya menatap Ika, ia mengerutkan keningnya terlihat seolah berpikir keras. Namun Arka malah terlihat semakin tampan di mata Ika. Ika menggelengkan kepalanya, berusaha membuang jauh-jauh pikiran kotor itu dari kepalanya.

"Samain saja," ucap Arka pada akhirnya.

Ika mengangguk cepat, lalu berlari keluar dari ruangan itu. Arka terkekeh kecil melihat tingkah menggemaskan pacarnya itu.

Sungguh, takdir Tuhan memang tidak bisa ditebak. Dulu ia sangat membenci Ika karena sikap semena-mena gadis itu, tapi lihatlah sekarang. Malah ia yang dibuat takluk dengan gadis yang dulu tidak ia sukai itu.

Kantin lumayan ramai walaupun bukan di jam istirahat, karena ada beberapa guru yang melakukan bimbingan untuk anak kelas 12 yang akan mengikuti ujian beberapa waktu ke depan.

Dengan santai Ika pergi ke salah satu stand kantin langganannya.

"Dua rica-rica Bu, di bungkus aja," ucap Ika yang langsung ditanggapi oleh ibu-ibu yang menjadi penjual di stand itu. Ika mengambil dua botol minuman dari dalam kulkas yang juga tersedia di kantin itu. Lalu mengambil beberapa makanan ringan.

"Ini nduk," ucap ibu itu sambil memberikan dua kotak makanan itu kepada Ika.

"Oh iya. Ini buk uangnya, sama minumannya sama ini sekalian," Ika memperlihatkan botol minuman dan makanan ringan di dekapannya.

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang