1. Ketua Geng

6.1K 233 0
                                    

Kelas IPA1, kelas yang hanya berisi siswa dan siswi yang memiliki nilai-nilai dengan angka mendekati sempurna.

Kelas yang hanya terdiri dari 35 siswa ini merupakan kelas kesayangan para guru, karena kebanyakan murid dari kelas itu selalu menjadi kebanggaan di sekolahan, terutama dalam bidang akademiknya.

Dan sekarang, semua itu hanya berlaku untuk kelas 10 dan kelas 12 saja, sebab apa? Sebab, sekarang kelas itu sudah dijadikan kelas paling ditakuti satu sekolahan.

Kelas yang harusnya menjadi kelas terfavorit itu sekarang malah merupakan kelas yang paling ditakuti dan dihindari. Bahkan banyak murid dari kelas itu yang mengajukan pindah ke kelas lain hanya untuk menghindari seorang Ika, si ketua geng pembulian yang terkenal kejam dengan menjadikan murid lain sebagai objek kesenangannya sendiri.

Mereka takut diperlakukan sebagai budaknya, karena siapapun mereka yang sudah menjadi budak dari salah satu anggota geng yang dipimpin oleh seorang Raghiska itu pasti akan terus diperlakukan tidak adil sampai meraka sendiri yang menyelesaikannya.

Kelas yang seharusnya tenang dan damai itu sekarang tergantikan dengan aura dingin dan mencengkam dari seorang Ika.

Ika menatap tajam seorang siswi berkacamata yang beberapa waktu lalu tidak sengaja menabrak dirinya saat masuk ke dalam kelas.

"Cupu?" sinis Ika, ia menyilangkan tangannya di bawah dada, mengamati baik-baik siswi di depannya ini.

"Ya iyalah. Tampilan kumuh kayak gini kok. Keliatan banget kali' Ka," ejek Ranya sambil menunjuk-nunjuk pakaian Fara jijik.

"Fazicra Farania," desis Ika melihat name tag gadis di hadapannya.

"Ma..maaf Ka," lirih gadis yang biasa dipanggil Fara itu dengan nada getir ketakutan.

"Maaf-maaf. Tuh lihat, baju temen gue jadi kucel gara-gara lo tabrak," sungut Ranya kesal.

"Ta..tadi itu, gue disuruh KepSek buat manggil wali kelas ki..kita. Makanya gue buru-buru buat keluar, dan ngg...nggak sengaja nabrak Ika," jelas Fara sambil menundukkan kepalanya takut.

"Maaf diterima, lain kali kalau jalan itu pake kaki, terus matanya jangan meleng, dan satu lagi, otaknya jangan dianggurin," ucap Ika sambil memainkan ujung rambut terurai Fara.

"Oke?" Fara hanya menganggukkan kepalanya pelan. Tangannya terus saja menggenggam erat ujung almamater yang tengah ia kenakan saat ini.

Dengan santainya Ika berjalan meninggalkan Fara dan ia mendudukkan dirinya di kursi paling pojok belakang. Kursi paling belakang adalah tempat paling strategis untuk dirinya berada, karena guru tak akan terlalu sering melihat dirinya yang sedang tidur maupun mengerecoki orang lain yang ada di depannya.

Berbeda dengan Ika yang sudah terlihat biasa, Ranya? Gadis dengan tubuh langsing dan tinggi semampai itu masih belum puas membuli Fara, siswi yang baru ia temui itu. Ia menatap Fara lekat, menghela napas kasar lalu menyedek tubuh Fara keras, hingga membuat si pemilik tubuh ramping itu jatuh.

"Ups sorry,"

"Sakit ya?"

"Nggak kok Nya, nggak papa," cicit Fara pelan.

"Oke,"

Ranya memperhatikan Fara yang hendak berdiri dengan tatapan mengejek, saat Fara sudah berdiri tegap Ranya secara sengaja mendorong tubuh Fara hingga akhirnya Fara kembali jatuh.

Karena lelah terlalu lama berdiri, ia berjalan ke arah meja yang di tempati Ika, meninggalkan Fara dan mendudukkan dirinya di samping Ika.

"Lo pada lihatin Ika?" tanya Ranya sinis. Tapi ia tak dianggap, mereka masih dengan terang-terangan melihat ke arah dirinya dan juga Ika yang saat ini tengah memainkan ponselnya.

Airka: My Queen BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang