54. Tahu

1.9K 97 6
                                    

Ika menatap pantulan setengah tubuhnya dari cermin di hadapannya. Ia meraba bagian lehernya yang terdapat bekas luka. Ia mengambil plaster, lalu melekatkannya untuk menutupi bekas luka yang entah dari mana asalnya itu.

Ika mengambil gunting yang kebetulan tersedia di kamar hotel yang ia tempati. Pertama-tama ia menguncir rambut panjangnya yang basah itu ke depan, setelah itu ia menggunting rambutnya, cukup sulit karena rambutnya yang begitu tebal. Merasa selesai Ika melepaskan kuncir rambutnya, dan merapihkan tatanan rambut barunya itu. Ika menatap layar ponselnya yang menampilkan seorang wanita dengan rambut sebahu. Ya, Ika sedang memangkas rambutnya sendiri seperti dengan yang ada di layar ponselnya itu.

 Ya, Ika sedang memangkas rambutnya sendiri seperti dengan yang ada di layar ponselnya itu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Foto di ponsel Ika

Ika juga memotong bagian depan rambutnya hingga membentuk poni belah yang menutupi dahi cantiknya. Ia merapihkan rambutnya dengan sisir. Walaupun tidak sama persis dengan yang di foto, tapi ia cukup puas dengan hasilnya. Ika menatap rambut panjangnya yang sudah berpisah dengan akarnya. Menyesal? Ya, jujur saja ia menyesal telah memotong rambutnya. Tapi ya sudahlah, sepertinya ia akan lebih terbiasa dengan model rambut feminim itu.

"Cantik banget gue kalau rambutnya gini," ucap Ika dengan kepercayaan diri yang sudah jauh di atas awan.

Namun ia langsung menggelengkan kepalanya tidak setuju, "Model rambut apa aja juga bagus kalau gue orangnya," imbuhnya lagi.

Ika mengeringkan rambutnya yang basah dengan hair dryer.

Ika mengambil ponselnya, mencari aplikasi kamera. Lalu membuat pose selfie pertama dengan model rambut barunya. Ia mengambil cukup banyak foto. biasalah, kebiasaan para kaum hawa. Setelah merasa cukup banyak foto yang ia ambil, Ika memilih beberapa foto yang menurutnya cukup bagus, lalu menghapus lebih dari setengah foto yang telah ia ambil tadi.

Ika mencari kontak Arka. Lalu mengirimkan tiga foto terbaiknya kepada pria itu.

"Pasti dia bakal tercengang," ucap Ika yang kemudian ke ranjangnya. Biasalah, rebahan.

.
.
.

Arka tidak bisa fokus dengan pelajarannya, sedari tadi ia hanya memikirkan tentang pembicaraan Fiza dan Ervan. Ia masih belum percaya dengan apa yang ia dengar tadi.

"Arka!" panggilan dari seorang guru yang sedang mengajar menghentikan lamunan Arka. Secara spontan pandangannya teralih kepada guru di depan.

"Kamu kenapa? Sakit? Kamu kelihatan pucat," tanya guru itu saat melihat gelagat Arka yang tidak seperti biasanya.

"Nggak Pak. Cuma sedikit pusing," jawab Arka jujur. Ia benar-benar pusing memikirkan masalah yang sudah Ika alami.

"Ya sudah. Kalau gitu Bapak akhirnya pelajaran hari ini. Jangan lupa semua tulisan di papan tulis dicatat sebagai tambahan belajar. Mungkin dua jam pelajaran ke depan akan kosong, karena kepala sekolah mengirim undangan rapat untuk para guru. Sekian, wassalamu'alaikum warahmatullahi," ucap guru itu yang kemudian keluar dari kelas setelah mendapatkan jawaban salam dari murid-muridnya.

Airka: My Queen BullyingWhere stories live. Discover now