4. Pemikiran

3K 197 5
                                    

"Katanya organisasi kelas belum dibuat ya?" tanya wali kelas 11-Ipa1 yang tak lain adalah Bu Anis.

"Iya," jawab semua serempak, tak seperti biasanya yang hanya membalas ucapan orang itu dengan anggukan saja.

"Ya sudah. Mumpung hari ini jadwal saya, gimana kalau dibuat untuk bentuk organisasi kelas sama jadwal piket aja?" ucap Bu Anis, ia menulis sesuatu di papan dengan spidol hitam ditangannya.

"Oke, sekarang kandidatnya?" tanya Bu Anis dengan senyum di bibirnya yang semerah darah itu.

"Yang mau boleh angkat tangan!!"

Hening, mereka hanya saling melirik satu sama lain. Entahlah, mungkin sedang berpikir siapa yang pantas untuk mereka pilih menjadi pengurus kelas sampai akhir semester ganjil nanti.

"Gimana sih?" geram Bu Anis karena tak satupun dari muridnya yang merespon ucapannya.

"Kalau begitu saya aja yang pilih!"

"Gimana kalau peringkat satu sama dua aja?" ucapnya lagi tanpa menyadari kalau dirinya sudah memilih seseorang yang paling berbahaya di kelas ini.

Semua murid terkejut dengan pilihan Bu Anis, peringkat dua? Artinya mereka sekarang diharuskan memilih Ika sebagai ketua kelas baru di kelas ini.

Banyak dari mereka yang  menggeleng sepelan mungkin sebagai isyarat agar Bu Anis menarik kembali pilihannya barusan.

"Ayo peringkat satu sama dua? Berdiri!"

Dengan sangat malas Ika menghela napas kasar lalu bangkit dan berdiri di tempatnya. Bersamaan dengan si peringkat satu, Arka berdiri dengan kaki kirinya yang masih terasa sakit akibat ulah Ika kemarin.

"Loh Ika? Kamu ngapain?" heran Bu Anis.

"Kamu peringkat satu kan? Peringkat duanya siapa?" Bu Anis menunjuk Arka yang sudah berdiri, dan Arka mengangguk mengiyakan.

"Peringkat dua kenapa nggak berdiri? Ika! Kenapa malah kamu yang berdiri?"

"Saya peringkat dua bu," jawab Ika malas.

"Kamu peringkat dua?" tanya Bu Anis tak percaya dengan mata bulatnya yang terbuka lebar.

"Ibu silahkan lihat lembar peringkat dan pembagian kelas di mading kalau nggak percaya," tukas Ika kesal karena merasa diremehkan.

"Yaudah, kam..kamu duduk lagi, biar peringkat satu aja yang jadi ketuanya," ucap Bu Anis, ia merutuki pilihannya tadi, memilih Ika sebagai ketua?? Ia bisa saja membuat kelasnya hancur bila menjadikan biang dari segala biang onar di sekolah untuk memimpin di kelasnya.

Ika berdecak pelan, lalu kembali duduk di tempat duduknya, "Sabar Ka," ucap Ranya sambil menyenggol pelan tangan Ika.

Setelah dua jam berlalu akhirnya pelajaran kimia berakhir, proses pemilihan pengurus kelas, pembuatan jadwal piket dan aturan kelas juga sudah selesai dibuat.

Ika hanya menjadi anggota saja, dan ia juga harus piket kelas di hari Senin, artinya hari ini ia tidak bisa langsung pulang, karena katanya guru gendut yang menjadi wali kelasnya itu, mulai hari ini piket kelas akan diawasi sendiri olehnya. Menyebalkan,

Dan sahabatnya, Ranya, ia terpilih sebagai sekertaris dua dan hari piketnya berbeda dengannya, dia di hari Kamis.

.
.
.

Ika hanya menatap malas Bu Anis yang sudah duduk manis di kursi guru. Menunggu mereka yang sedang piket hari ini.

"Ibu boleh duluan. Nanti biar saya piket sambil mengawasi," ucap Arka yang kebetulan juga mendapat jadwal yang sama dengan Ika.

Airka: My Queen BullyingWhere stories live. Discover now