Echa menoleh, lalu ia tersenyum ke arah Isa. Echa membalas rangkulan sahabatnya tersebut.

💟

"Lantai 2, khusus untuk fashion, kuliner, salon dan toko buku." ucap Saka.

"Iya, cukup strategis sih. Terus untuk lantai 3 ?" tanya Romi.

Mereka semua menatap lantai 3 dan lantai 2.

"Apa ya bagusnya? apa permainan aja?" Saka masih mencari yang tepat untuk mengisi kekosongan di lantai 3.

"Mmm gimana kalau untuk lantai 3 khusus buat foto-foto? Kan di zaman milenial ini, anak muda banyak mencari spot untuk foto-foto. Seperti di Jakarta, itu kan sudah lumayan banyak. Nah, kita buat di Bandung, setiap ruang mempunyai tema masing-masing. Gimana om?" tanya Bila.

"Contohnya seperti ini Om" July. menunjukkan contoh foto kepada Saka. Saka melihatnya dan menggeser slide foto tersebut.

"Bisa juga ide kamu, sekalian kita buat game untuk para remaja dan dewasa. Dan untuk anak-anak, kita pisahkan gedungnya dan menjadi satu dengan Bioskop. Jadi untuk gedung ini tidak penuh dengan orang - orang." jawab Saka.

"Terus, untuk masalah hotel bagaimana Om?" tanya Echa.

"Ahh... itu sudah beres, kamu tinggal tunggu hasilnya." Saka tersenyum.

"Oke, kita mulai minggu depan. Dan kalian para anak muda, bisa ikut membantu." sambungnya.

Isa dan Echa cs saling berhigh-five satu sama lain.

💟

Setelah selesai berunding tenang Rich Corp, para ibu-ibu dan anak-anak memutuskan untuk menengok Dewi. Sedangkan para lelaki memutuskan untuk mengopi di cafe Ribej.

Disini lah mereka semua, berdiri di depan ruangan Dewi. Bisa mereka lihat, ada seorang wanita yang sedang duduk du kursi dengan tatapan kosong.

July mendekati Dewi dengan perlahan "Assalamualaikum Ma" salamnya.

"Naha rambutna moal diikat? Teu panas?" tanya July. Ia mengambil rambut tersebut, dengan perlahan ia menguncirnya.

"Mama ..., ngan...tosan... jelema" ucapnya dengan pelan.
(Mama... nu...nggu... orang)

"Hm ... Antosan saha?"

"Ngan...tosan ... kekasih hehehe"

"Kekasih? Naon namina?"
(Kekasih? Siapa namanya?).

"Jerry ... enya ... saurna ... kuring hoyong nyokot Mama".
(Jerry... iya... katanya... mau jemput Mama).

July berdecak, seandainya membunuh orang itu tidak dosa. Mungkin kini, orang yang bernama Jerry itu sudah berada di liang kubur.

July mengambil kedua tangan Dewi "Ma ... tingali July"
(Ma... lihat July).

Dewi yang sedari tadi menatap ke depan, kini menoleh ke July.
"Tong hilap Jerry. Ayeuna, ngan ukur aya Mama sareng July" gumamnya dengan nada tenang.
(Lupakan Jerry. Sekarang, cuma ada Mama dan July).

Recha 'FINISH' Where stories live. Discover now