Echa dan Rico menurunkan sedikit koran mereka dan menatap dua orang tersebut yang memasuki lift.

"Woii! Naha anjeun duaan? Siga ngan ukur nempo" tiba-tiba Bima datang dan mereka berdua langsung menatap Bima.
(Woi! kenapa lo berdua? Kayak ngeliat apaan aja)

"Bim...mmm..." Echa ingin mengatakan sesuatu, tapi ia bingung bagaimana caranya.

"Naha Cha?" Bima penasaran.

"Lo... sayang sama Lia?" tanya Echa dengan hati-hati.

Bima terdiam sejenak, lalu ia terkekeh "Namina oge kabogoh, ya sayang atuh"
(Namanya juga pacar, ya sayang)

Echa meringis lalu menoleh ke Rico.
"Gue sama Chaca mau kasih tau lo sesuatu. Tapi lo jangan kaget ya Bim, atur emosi lo." ucap Rico.

Bima mengernyitkan dahinya, ia bingung sebenarnya. Tapi entah kenapa, tiba-tiba perasaannya juga tidak enak.

Rico dan Echa beranjak dari Sofa lalu mereka berjalan menuju meja receptionist.

"Ayo Bim, ikut kita" ajak Rico, Bima tidak menyahuti ia mengikuti langkah kaki Rico dan Echa.

Sampailah mereka di lantai 6, mereka bertiga keluar dari lift dan melangkahkan kaki menuju suatu unit kamar.

Langkah mereka terhenti di depan kamar nomor 432, Rico dan Echa saling tatap dan menganggukkan kepalanya.

"Saha kamar ieu?" tanya Bima sambil menatap kedua sahabatnya secara bergantian.

"Lihat aja ntar, siapin hati lo." sahut Rico.

Rico mengetuk pintu kamar tersebut, tidak lama pintu itu terbuka. Bisa mereka lihat, seorang cowok yang bertelanjang dada di balik pintu.

"Cari siapa ya?" tanyanya dengan raut wajah bingung. Sebelum Rico menjawab, tiba-tiba ada suara cewek dari arah dalam.

"Siapa yang?" cewek tersebut berjalan menuju ke arah pintu dan ia terdiam.

Bima yang melihat cewek itu langsung syok, ia merasa ada ribuan jarum menusuk hatinya.

"Bi...Bima?" ucap Lia.

Echa langsung berdiri di depan Bima dan menatap Lia dengan pandangan sinis.

"Gue, ngewakilin perasaan sahabat gue. Kecewa sama lo, banget."

Echa melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, ia tidak perduli dengan cowok kuliahan yang masih kebingungan.

"Lo tahu, sahabat kesayangan gue itu, sayang sama lo. Tapi kenapa lo ngekhianatin? Apa kurangnya dia Lia? bilang sekarang." tatapan Echa tidak pernah lepas dari mata Lia.

Lia gugup, ia baru menyadari kalau aura seorang Echa memang mengerikan, jika Echa sedang marah.

"Ehm... gue minta maaf" jawab Lia dengan sedikit gugup.

"Ooh... ini toh, yang namanya Bima? Yang kamu bilang cowok sok alim? Yang kamu coba ajak ML, tapi dia nolak?" tiba-tiba suara cowok kuliahan itu memecah keheningan.

Recha 'FINISH' Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang