• Mengkhitbah •

5.9K 572 37
                                    

"Untukmu yang selalu kupertanyakan keberadaannya, terima kasih telah mengajariku bagaimana pentingnya menjaga cinta di bawah untain doa. Terima kasih telah pernah hadir dalam kisah cinta yang selaluku jaga. Kiniku mengerti, puncak dari mencintai adalah mengikhlaskan."

(Cinta Dalam Hijrah)
Karya Sarifatulhusni

Silakan tag @sarifatulhusni_ jika share apapun dari CDH!

Pagi itu hari yang begitu sulit bagi Kenara. Pikirannya berputar-putar mengenai dua hal yang tidak pernah enyah dari kemarin sore. Rencana khitbah Alvin malam ini sekaligus cinta yang memang harus dilepaskannya dan inilah akhirnya.

Setelah memarkirkan motor, Kenara berjalan menuju kantor dengan tidak semangat, pandangannya begitu kosong. Jawaban istikharah malam tadi bahkan belum Kenara temukan.

"Jika dia laki-laki yang baik dan dapat membimbing kamu menuju Allah, tidak ada salahnya, Ra. Allah tidak pernah salah memilihkan jodoh untuk kamu."

"Lebih cepat juga lebih baik, Ra. Nikah bisa hindarin diri dari hal yang tidak baik. Apalagi sekarang kamu sering pergi ke kantor dan pulangnya udah sore. Mama pasti akan tenang jika nanti kamu udah ditemani sama suamimu.

Ucapan Rhido dan Zira semalam kembali membayang pikiran Kenara, membuatnya kini semakin menunduk lesu. Apa ini artinya Kenara memang harus menerima Alvin? Tapi hati Kenara tidak cukup kuat untuk menerima hal itu.

Hatinya masih berharap sosok itu akan datang ke rumahnya. Walaupun Kenara sendiri tidak yakin apa Rizki pernah berniat kelak mendatangi rumahnya, lalu menyampaikan ingin mengkhitbah dirinya.

"Kenara."

Lamunan Kenara buyar begitu sebuah suara masuk ke indra pendengarannya. Kenara menoleh, tersenyum menatap Lina yang kini melambaikan tangan ke arahnya.

"Ngapain di sini? Yuk masuk!" Kenara hanya mengangguk, kemudian berjalan di samping Lina.

***

Sementara di sisi lain, Rizki sudah siap dengan setelam jas hitam miliknya. Pakaiannya yang begitu rapi, membuat ketampanan semakin meningkat. Bentuk Rizki tidak jauh berbeda dari dulu, hanya saja kini tingginya sangat pas dengan tubuhnya yang tegap. Potongan rambutnya begitu rapi, membuat wajah tampannya semakin berkali-kali lebih tampan.

Harum semerbak maskulin tercium harum memenuhi kamar Rizki. Siapa sangka wangi maskulin yang melekat pada Rizki tidak pernah berubah dari dulu. Mungkin inilah yang membuatnya mudah untuk dikenali.

Selesai memasang dasi, Rizki berjalan menuju kasurnya, sekedar mengambil ponsel yang tidak boleh ia lupakan. Pukul tujuh waktu Belanda, itu tandanya pelantikan resmi akan berlangsung setengah jam lagi.

Sebelum benar-benar menyimpan ponsel, pandangan Rizki jatuh pada sebuah pesan yang baru masuk. Sebuah pesan dari Tia yang Rizki mintai mencari sebuah buku yang pernah tertinggal di rumah Reka. Senyumnya merekah melihat pesan yang dikirimkan Tia sesuai dengan harapannya. Benar, ini adalah alamat rumah Kenara yang dulunya pernah Rizki cari diam-diam sewaktu SMAN.

***

Pagi berlalu semakin cepat, begitu juga dengan siang yang ikut berlalu. Detik berganti menit dan menit kian berganti menjadi jam. Benda bulat yang kini terletak manis di atas nakas pun sudah menunjukan pukul lima sore. Artinya tidak sampai dua jam lagi Alvin beserta keluarganya akan sampai di kediaman Kenara.

Kenara berjalan menuju balkon kamarnya, duduk di kursi yang memang sudah ada di sana. Untuk kesekian kalinya hembusan nafas panjang terdengar dari bibirnya teringat akan jawaban nanti kepada Alvin.

Cinta Dalam Hijrah || SELESAIWhere stories live. Discover now