• Bismillah Hijrah •

6.7K 724 11
                                    

"Barang siapa memaafkan saat dia mampu membalas maka Allah akan memberinya maaf pada hari kesulitan."

(HR. Ath-Thabrani)

Rumah yang biasanya adalah hal menyenangkan bagi seorang remaja seperti Kenara, kini terasa sebaliknya. Keceriaan dan semangatnya hilang begitu saja, berganti melamun dan murung tanpa henti sejak Nanda dan Gian terang-terangan menyindirnya sepulang sekolah. Bahkan mereka dengan sengaja membuatnya malu di depan beberapa orang.

"Gina," panggil Gian yang sudah di luar pintu. Gina dan Kenara yang berada satu meter di depan menoleh.

Kenara yang tahu ternyata itu adalah Gian, memilih menatap ke arah lain sembari menunggu Gian yang ingin berbicara dengan Gina.

"Apa?" tanya Gina yang masih berdiri di sampingnya. Gina cukup malas sekedar menghampiri Gian yang mungkin saja akan mengajaknya ribut lagi.

"Besok-besok jangan php lagi dong." Kata PHP yang ditekankan membuat Gina melongo seiring protes tidak terima pada Gian.

"EH MUSUH BUYUTAN ALIAS GIAN PALING JELEK SEDUNIA! LO PIKIR GUE PERNAH PHP IN LO APA?"

Gian meringis sembari menutup telinganya yang terasa sakit.

"Kita itu MUSUH BUYUTAN ya. MUSUH!! Lo tau nggak musuh?" tekan Gina sejelas-jelasnya. Lalu melipat kedua tangannya di depan dada sembari menaikkan dagu angkuh. "Ogah banget gue suka sama lo."

"Iya iya, lo nggak pernah php in Gian." Nanda yang baru datang bermaksud membuat Gina diam. Tidak ingin membiarkan keduanya berlanjut pada perang ke sepuluh, karena tujuan awalnya dengan Gian bukan membuat Gina kesal.

Gina tersenyum penuh menang. "Tuh!"

"Sebenarnya maksud Gian yang di sebelah lo," sambung Nanda yang terdengar datar namun terasa menohok bagi Kenara.

"Katanya iya tapi nyatanya nolak. Lo jangan sampai kayak gitu ya, Gin. Sama aja namanya tukang php. Sayang banget kalo lo nggak tahu dia siapa."

Kenara melempar tatapan tajam ke arah Nanda dan Gian seiring tangannya yang mengepalkan kuat.

"Plinplan kuadrat nggak sih, Yan? "

"Mungkin udah kebiasa php kali bro. Makanya gitu. Hahahaha..." Tawa itu terdengar begitu puas, hingga berhasil membuat emosi Kenara meluap.

Ada yang lebih menyebalkan dari pada Gian dan Nanda? Mengapa mereka sangat menyebalkan, omongan mereka bahkan terasa lebih menyakitkan dari pada omongan cewek. Ini benar-benar aneh. Bolehkah saat ini Kenara menganggap ia berlawanan dengan dua cewek bukan cowok?

"Maksud lo apa?" Tawa Gian dan Nanda terhenti seiring ucapan Kenara yang terdengar tajam dan tinggi. Gian dan Nanda menoleh lantas memperlihatkan wajah sok kaget seakan baru menyadari keberadaannya sekarang.

Ck.

"Eh lo, Ra. Sejak kapan lo di sana?" sahut Nanda terkekeh.

Kenara membuang muka malas. Sementara Gina yang di sampingnya mengerjap bingung. Lalu menatap ketiganya secara bergantian. Gina seperti mencium bau-bau pertengkaran lagi.

"Ooww... ada yang ngerasa disindir rupanya, Bro?" Gian malah sebaliknya, to the point.

Arghh...

"Gue kirain nggak peka, Bro." Nanda berdecak seraya menggelengkan kepalanya.

"Lo kan tahu dia tukang php, bukan tukang peka."

"Hahahaha... Iya iya benar lo!!!"

Ck. Mereka berbicara seperti lupa keberadaannya sekarang. Bahkan dengan teganya Gian dan Nanda sengaja melakukan itu kepada dirinya.

Cinta Dalam Hijrah || SELESAIKde žijí příběhy. Začni objevovat