•Teman •

10.4K 830 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
Cinta Dalam Hijrah

"Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar."

(Al Fushilat 34-36)

Teeet ... teet ....

Bunyi bel terdengar menggema hingga ke penjuru sekolah, membuat siswa-siswi di kelas X IPS 4 bersorak riang. Saking riangnya hingga mengalahkan hebohnya supporter sepak bola. Lebay lo Ra!

Bagaimana lagi, guru yang seharusnya mengajar bukannya mengajar malah bercerita. Ceritanya tidak jelas lagi, ditambah Bapaknya ketawa yang kami saja tidak mengerti ketawa kerena apa. Ingin bercerita dengan teman sebangku malah diancam kurangi poin, akhirnya mau tidak mau kami hanya mendengarkan dengan sabar. Yang pastinya diringi dengan kantuk yang luar biasa.

"Tidak nyangka aja Bapak kalau udah bel. Padahal masih mau cerita loh. Ya sudah kalau gitu kalian boleh keluar."

Kami hanya mengangguk. Setelah Pak Geri benar-benar keluar, terdengarlah protes dan gerutuan tak jelas teruntuk Pak Geri. Lebih tepatnya sih ghibah.

"Gila nih Bapak, ini aja gue bosan."

"Pake headset aja minggu depan. Biarngggak bosan." Ideku langsung dapat anggukan antusias dari Gina. Berbeda dengan Ardi dan Nanda yang kini protes di depanku.

"No no ..." ucap Nanda seraya menggelengkan kepalanya diikuti jari telunjuk yang bergoyang kekanan ke kiri. Mirip kayak Ibu yang melarang anaknya beli permen.

"Kenapa? Lo iri karena nggak bisa pake headset? Pake aja jilbab kalau gitu," sewot Gina. Mood nya kini jadi buruk karena Pak Geri.

"Gila lo nyuruh gue pake jilbab. Gue cowok. COWOK!!" protes Nanda tidak terima.

"Ya udah nggak usah protes kalau gitu." Santai Gina yang membuatku langsung tertawa melihat wajah Nanda yang menahan kesal.

"Gue aduin ah," seru Iqbal yang tiba-tiba duduk di atas meja Nanda. Lengkap dengan gaya santai dan sok-sokannya yang tentu saja langsung mendapat tatapan tajam dariku dan Gina.

"Woles ... nggak usah gitu amat matanya. Kalau keluar kan repot," ucap Iqbal yang benar-benar santai dengan watados yang membuat Gina langsung naik darah tingkat akut.

Dua gulungan kertaspun kini sudah mendarat dengan cantiknya menuju iqbal. Namun karena kelincahan dan kecepatan gerakan Iqbal membuat kertas itu meleset.

"Week ... nggak kena ...." cibir Iqbal persis kayak anak kecil.

Merasa tidak puas lemparannya tidak tepat sasaran, Gina langsung mengambil kertas dan menggulungnya lagi dengan kekesalan bukan main. Namun belum selesai Iqbal sudah berbicara dengan temannya yang membuat Gina ingin mencakar wajah Iqbal saat ini juga.

"Geng, mending kita ke kantin. Nenek lampir udah ngamuk kayak singa. Ntar makin parah. Bisa-bisa hancur seisi kelas ngamuk beneran. " Langsung saja ketiga cowok itu terbahak. Sejak kapan nama Gina diubah menjadi nenek lampir.

Sementara Iqbal dengan wajah tanpa dosanya terlihat tenang tanpa tahu Gina sudah berasap ditambah dengan dua tanduk yang kini muncul di kepalanya.

"IQBAL ... AWAS LO YA!!!" teriak Gina naik darah. Alhasil ke empat cowok itu langsung ngacir keluar. Sementara aku yang tepat di sebelah Gina langsung menutup telinga saking kerasnya teriakan Gina.

"Gin, ya ampun suara lo kayak toa tau nggak. Bisa budeg nih telinga gue," ucapk. Untung juga kelasku udah kosong kerompong, jika tidak bisa-bisa mereka bernasib sama sepertiku. Dan aku pastikan mereka akan menceremahi Gina yang teriakannya sudah melebihi suara toa.

Gina mendengus kesal. "Ya udah yuk kantin! Laper gue. Velin sama Fika pasti udah nungguin."

Aku mengangguk. "Ya udah yuk!"

***

Berapa kata untuk part ini?

Spam next yuk biar nggak silent rider!

Follow :

srftlhi  

Sarifatulhusni_

Salamhangat:)

Cinta Dalam Hijrah || SELESAIWhere stories live. Discover now