• Dimana? •

4.9K 530 25
                                    

"Mengapa harus ada kisah disaat hijrah bermulai? Mengapa harus ada cinta insan jika akhirnya membuat hijrah itu sendiri kadang terguncang? Mengapa rasa bisa tersentuh jika akhirnya hati yang malah tersakiti?"

(Cinta Dalam Hijrah)
Karya Sarifatulhusni

Silakan tag @sarifatulhusni_ jika share apapun dari CDH!

Pagi itu angin berhembus kencang, awan kelabu yang sejak tadi sudah menurunkan setiap tetesan, terlihat betah dengan kelabu yang masih menggantung di awan, walau kini air hujan baru saja berhenti, tetap saja sepertinya hujan akan kembali mengguyur bumi dengan derasnya.

Dari pintu, terlihat beberapa murid yang baru datang sibuk mengibas rambut dan jaket mereka. Sekedar menghilangkan tetesan air yang mengenai rambut ataupun jaket mereka yang terlihat basah oleh air hujan.

Kenara yang baru datang melangkahkan kaki menuju bangkunya. Namun baru beberapa langkah tatapannya terhenti pada satu titik. Kenara terdiam sejenak lalu melirik jam tangan yang bertengger di lengan kirinya. Tidak lebih lima menit lagi bel masuk akan berbunyi. Tapi, orang yang akhir-akhir ini selalu menjadi tanda tanya di pikirannya, belum juga menampakkan diri.

"Ra, buk Yuni masuk." Instruksi itu membuat Kenara megerjap dan langsung duduk di bangkunya.

Sebelum perhatiannya benar-benar terfokus untuk belajar, Kenara melirik pintu yang sudah tertutup sesaat, ia memejamkan mata, mulai mengenyahkan segala pikiran dan kekhawatiran yang tidak seharusnya. Ingin rasanya bertanya, tapi tidak ada alasan bagi Kenara untuk bertanya. Ia siapa dan untuk apa bertanya?

Di mana?

Namun lagi-lagi hati Kenara kian mendesak untuk tahu. Hatinya memberontak tapi jiwanya kaku untuk sekedar bertanya. Ya dia, Rizki. Sudah lebih dua minggu Kenara bahkan tidak tahu dimana keberadaannya. Ingin bertanya tapi mulutnya kelu. Kadang Kenara merasa bingung mengapa tidak ada yang membicarakannya, bahkan orang-orang terlihat tenang, padahal yang Kenara ketahui fans Rizki itu banyak. Tidak mungkin penjuru sekolah tidak heboh dengan kehilangan tanpa kabar orang yang berhasil membuat kagum para wanita.

"Kenara Assyifa."

Atau jangan-jangan Kenara saja yang tidak tahu, bahwa sebenarnya orang-orang telah membicarakannya dan tahu alasannya, tapi kenara saja yang dasarnya memang kurang update, istirahat jika tidak ke Mushalla paling ke perpus, dan jarang sekali ke kantin. Hal ini yang membuatnya ketinggalan jawaban yang selama dua minggu terakhir ini selalu menghantuinya.

"Ra."

Hembusan nafas kecil terdengar keluar dari bibirnya. Mungkin saja itu yang membuatnya tidak tahu apa-apa dan seperti orang kehilangan saat ini.

"KENARA." Kenara terlonjak kaget begitu sadar Putri meneriaki namanya. Kenara mengerjap lalu menatap Putri yang kini menatapnya bingung. Respon Kenara yang hanya mengangkat alis membuat Putri mendengus seraya memilih mengatakan bahwa Buk Yuni memanggil namanya.

Pandangan Kenara kini beralih pada Buk Yuni yang juga menatapnya tidak kalah bingung. Lalu beralih pada seisi kelas yang menatapnya heran. Kenara menghela nafas, kemudian beranjak menuju meja Buk Yuni dengan pandangan tertunduk.

"Kamu sakit?" tanya Buk Yuni begitu Kenara sudah di depan.

Kenara menggeleng, membuat Buk Yuni mengernyit. Sebelum guru itu kembali bertanya, Kenara cepat-cepat menjawab seraya tersenyum. "Ra nggak apa-apa, Buk." Dan barulah Buk Yuni mengangguk.

Kelas perlahan mulai lengang setelah Buk Yuni baru saja keluar. Kenara yang selesai menyimpan semua perlengkapan tulis beranjak bangkit. Namun ucapan Ilham yang tiba-tiba berhasil membuatnya tertegun.

"Rizki pindah ke Belanda dua minggu lalu."

Bagaikan kabar yang terasa menyesakkan, mata Kenara tidak berkedip saat mendengar kenyataan yang baru saja diketahuinya. Pikirannya seolah-olah mencoba mencerna apa yang baru saja didengarnya dari penjelasan Ilham.

Rizki pindah ke Belanda? Dua Minggu lalu?

"Ra."

Kenara tersentak, menatap Ilham yang kini menatapnya bingung. Sadar, Kenara mengubah ekspresi wajahnya kembali, ia tersenyum tipis, mengangguk, berooh ria lalu berlalu begitu saja.

Sementara Ilham yang melihatnya mengernyit heran, Kenara yang sekarang aneh atau ia yang salah mendeskripsikan? Dari tadi Ilham begitu yakin Kenara seperti orang yang ingin tahu dimana Rizki.

Bersikap cuek, seolah tidak peduli, tapi hati dan pikiran kian terusik oleh berbagai pertanyaan. Itu lah yang terjadi saat ini pada Kenara.

Rizki pindah ke Belanda? Kenapa ia tidak tahu?

Kenara menahan nafas sesak. Tapi siapa dirinya? Hanya teman sekelas Rizki yang tidak terlalu penting? Tapi setidaknya Rizki memberitahu.

Astaghfirullah ...

Ya Rabb, apa yang salah dengan hati ini? Mengapa saat kehilangan dia hati ini memberontak? Sekecil rindu datang begitu saja dari sana.

Mengapa saat dia tidak bilang akan pergi rasanya begitu pilu? Rabb ... sosok itu tidak hanya melekat diingatan tapi juga dihati yang aku pikir sudah tertutup rapat. Aku pikir itu hanya kekaguman, nyatanya adalah sebuah rasa kepada seorang insan.

Membiarkan hati terisi oleh seorang insan, memang menyakitkan. Terlebih saat diri tidak pandai menyikapi. Saat mencoba mengontrol hati dan mencoba menyukai sewajarnya, hati yang tertutup rapat malah berhasil memberikan kesempatan untuk sebuah celah.

Kenara menghela nafas berat, rasa ini membuatnya begitu gelisah. Rindu yang tidak sewajarnya berhasil menganggu dan membuatnya semakin merasa berdosa kepada Rabb.

Ya Rabb Yang Maha Cinta
Yang berkehendak atas segala rasa
Ampuni diri yang tidak bisa menutup hati
Lagi dan lagi karena masalah hati

Ya Allah...
Andaikan menghapus rasa semudah membalikan telapak tangan
Kulebih memilih menghapusnya
Membiarkan hati ini hanya terisi oleh cinta kepada-Mu

Inginku melupakan, membebaskan rasa kepada seorang insan
Tapi rasa yang berbeda ini memberontak
Mengatakan cinta ini sulit untuk kulepaskan

Ya Rabb... ampuni aku
Rasa ini begitu berbeda, telah mengantarkan jiwa ke relung asa

Ya Rabb ... jika boleh izinkan rasa ini tetap terjaga
Izinkan aku tetap menyebutnya dihadapan Mu
Biarlah rindu ini terlilit dalam doa, bermuara dengan tercurahkan segalanya kepada Mu

Wahai yang tertulis nama di hati
Yang berhasil meninggalkan sepenggal rasa di hati
Biarlah rasa ini kusampaikan hanya kepada Nya
Jika rasa ini memang sama
Kuharap kaujuga menjaganya
Melabuhkan rasa kepada Maha Pencipta
Tapi jika memang ada nama lain yang telah kausebutkan dihadapan Nya
Tak apa, biarlah rasa ini tetap terjaga, mengalir hingga berhenti di pelabuhan semestinya.

Aku harap saat ini kau baik-baik saja.

***

Cinta Dalam Hijrah || SELESAIWhere stories live. Discover now