• Gadis Berjilbab Lebar •

5.2K 594 18
                                    

'Bukan seberapa cepat berubah, tapi seberapa tekad hati yang ingin berubah." 

(Cinta dalam Hijrah )

Tiga Minggu berada di rumah Reka dan selalu mendapatkan asuhan ceramah melebihi lima kali sehari, ternyata mampu membawa perubahan besar bagi seorang cogan yang awalnya tidak tahu apa-apa kini menjadi banyak tahu.

Perintah Reka yang menerapkan setiap ilmu harus diamalkan membuat lambat laun Rizki ikut terbiasa. Ditambah dengan setiap peraturan dan perintah yang membuat Rizki harus mematuhi. Hingga mampu membuat Rizki berubah drastis dari biasanya.

"Lo dari mana, Ki? Rapi bener?" Verly menatap takjub Rizki dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Pake peci lagi!"

"Dari Mesjid," jawab Rizki singkat.

"Kok bisa? Lo kebentur di mana?"

"Rumah Om Reka," jawab Rizki seadanya. Verly berdecak.

"Susah emang ngomong sama lo!" Verly mengibaskan tangannya sebelum kembali berjalan mengambil air putih di dapur. Sementara Rizki hanya bodo amat, lalu menutup pintu kamarnya. Ia akan membaca Al-Qur'an sejenak lalu bersiap ke sekolah.

***

Lantai dua blok C, khusus diisi oleh kelas sebelas. Seorang laki-laki tampan dengan santainya berjalan di sepanjang karidor dengan kedua tangan yang dimasukan ke dalam saku celana, lengkap dengan earphone yang menyumpal kedua lubang telinganya.

Rizki orang yang dikenal paling tampan di kelas sebelas IPS. Kalem, cuek tapi baik hati membuat ia tak henti-hentinya disanjungi. Apalagi dengan keberadaanya di kelas unggul. Membuat fansnya kian bertambah.

Rizki hanya tersenyum sekilas membalas sapaan yang ditujukan untuknya. Berbagai teriakan terus datang begitu ia lewat. Untung saja ia selalu membawa earphone kemanapun. Saat asyik mendengar earphone, aktifitas Rizki terhenti begitu merasa seorang menabrak punggungnya. Untungnya ia sigap hingga tidak terdorong ke depan.

Rizki membalikan tubuhnya, melihat siapa yang baru saja menabraknya. Tanpa sekatah kata gadis berjilbab lebar itu pergi begitu saja tampa meminta maaf.

Sementara Rizki hanya menatap kepergian cewek itu, lalu kembali menatap kebelakangnya. Siswa-siswi ramai berkumpul sejauh tiga meter dari tempatnya berdiri. Dan kini seorang yang meneriakkan nama Ra, ikut mengejar gadis tadi yang entah kemana. Tidak ingin peduli, Rizki kembali melanjutkan aktifitasnya.

Satu menit berlalu, bel terdengar menggema hingga penjuru sekolah. Ilham yang tadi duduk di luar masuk ke kelas berteriak memberi tahu bahwa walas dalam perjalanan ke kelas.

Sementara Rizki yang tadi larut mendengar earphone, menghentikan aktivitasnya. Namun gerakannya terhenti begitu tatapannya jatuh pada gadis berjilbab lebar yang baru saja memasuki kelas. Mata Rizki menyipit, melihatnya lagi membuat Rizki merasa pernah bertemu dengan gadis itu.

"Lah, Itu Kenara nggak si?" Seisi kelas yang tadi juga terlihat bingung sejak kapan ada gadis berjilbab lebar di kelas mereka, menatap lekat gadis itu kembali.

"Oh iya, itu kan Kenara."

"Wih ... panjang jilbab lo, Ra!"

"Ciee berubah nih!"

Yang tadi menabraknya?

Kenara balas tersenyum tipis, lalu memilih berjalan cepat menduduki diri di bangku yang berada di barisan nomor tiga, di bangkunya. Sementara Rizki yang tadi masih menatap gadis itu, mengalihkan pandangannya begitu merdengar jawaban salam pada walas yang baru memasuki kelas.

***

"Perkenalkan sebelumnya nama gue Ilham, asal 10 -2. Seperti biasa yang kita tahu, pemilihan mulai dari ketua kelas, wakil, sekretaris, bendahara, keamanan dan lain-lain. Jadi di sini gue punya ide, kita ambil enam nama, setelah itu kita vote. Dari yang banyak dapat suara kita urutkan dari ketua. Gimana?"

Ilham yang ditunjuk buk Yuni memimpin pemilihan struktur kelas mulai bersuara. Idenya yang masuk akal dan mudah terima membuat seisi kelas kini mengangguk setuju.

"Enam nama yang disarankan, gue, Rizki, Bella, Reno, Zaki dan Kenara."

Kenara?

Kenara terhenyak begitu mendengar namanya disebutkan. Sejak kapan namanya disarankan? Kenara menoleh pada Putri- teman sebangkunya. Ingin tahu siapa yang menyarankan namanya? Seakan mengerti dengan pertanyaan yang akan dilontarkan Kenara, Putri mulai bersuara.

"Lo sih ngelamun!"

Kenara hanya tersenyum kecil, dalam hati merutuki dirinya sendiri yang malah melamun tidak jelas saat penyaranan nama berlangsung.

"Lo emang serius tadi nggak dengar?"

Kenara menggeleng. "Siapa yang nyaranin?" tanyanya.

Putri hanya diam dan beberapa detik kemudian Kenara mulai curiga. Ia memicingkan mata.

"Lo ya?"Putri nyengir lebar, membuat Kenara menghela nafas. Ingin rasanya menolak tapi Kenara terlalu malas untuk berbicara. Ia takut jadi perhatian dadakan saat ini. Akhirnya tanpa bisa melakukan apa-apa, Kenara hanya bisa pasrah. Dalam hati Kenara berdoa semoga tidak ada yang memilihnya.

Vote berjalan, Kenara mulai was-was. Takut ketika namanya disebutkan, dan senang ketika tidak ada yang menyebutkan. Sepuluh menit berlalu, keputusan telah ditetapkan.

"Dan bendahara, Kenara."

Semua mata kini tertuju kepadanya. Membuat Kenara menghela nafas seraya menenggelamkan kepalanya di atas meja.

Pasrah pasrah!!

"Kepada struktur terpilih diharapkan berdiri di depan," perintah buk Yuni membuat kelima siswa terpilih maju ke depan, termasuk Kenara yang ikut maju dengan malas seraya berjalan menunduk.

Jadi pusat perhatian! Lagi!!

****

Maafkan jikalau gaje😂

Lagi gk pengen bacot ceritanya, aku lagi kalem😌

👇👇

Cinta Dalam Hijrah || SELESAIDonde viven las historias. Descúbrelo ahora