• Gamis Pertama •

9.4K 810 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

Cinta Dalam Hijrah

"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-rhidai Islam itu jadi agama bagimu."

(Q.S Al-Maidah : 6)

Deringan alarm yang terus berbunyi membuat tidur Kenara terasa diganggu. Dengan tangan yang meraba-raba dan mata yang masih tertutup Kenara mencoba mengambil alarm yang terletak di atas nakas untuk dimatikan. Ia masih mengantuk efek tadi malam membaca novel tidak lihat waktu. Inilah akibatnya, Kenara tidur jam setengah dua belas malam, dan untung saja saat azan subuh berkumandang Zira membangunkannya untuk sholat, jika tidak mungkin sholat subuh Kenara akan tertinggal.

"Ya Allah, Nak, bangun udah jam berapa sekarang." Zira berjalan membuka gorden jendela yang masih tertutup. Lalu mematikan lampu yang masih menyala.

"Mmm." Kenara hanya bergumam tidak jelas dengan mata yang masih tertutup.

"Nggak bagus tidur setelah subuh, Ra. Rezki bisa kehambat. Ayo bangun!"

Kenara yang samar-samar mendengar suara Zira, membuka mata perlahan. Cahaya matahari yang berhasil menerobos masuk melalui jendala kamar membuat penglihatannya kini menjadi silau.

"Ini udah jam sembilan loh, Ra, kamu nggak jadi ke kajian emangnya?" Ucapan Zira yang kini terdengar jelas di telinganya membuat mata Kenara terbuka sempurna. Seketika rasa kantuk yang tadi menyerbu pun hilang.

"Jam sembilan, Ma?" ulang Kenara yang kini telah berubah posisi menjadi duduk.

"Iya. Ayo bangun. Mandi terus pake gamis. Itu udah Mama siapin sekalian sama hijabnya" ucap Zira seraya menutup pintu. Meninggalkan Kenara yang kini kalang kelabut karena sudah sangat telat. Kajiannya hari ini mulai jam sembilan dan sekarang sudah jam sembilan.

Tidak butuh waktu lama bagi Kenara, kini ia sudah keluar dari kamar mandi. Kenara langsung memakai gamis yang telah disiapkan Zira walaupun sebenarnya ia belum yakin dengan pakaian yang belum pernah dipakainya.

Gamis ini terlalu lebar bagi Kenara, dan juga jilbab yang sudah dipakainya ini sama lebar dan panjang baginya. Apa ia tahan memakai ini selama di kajian? Baru sebentar saja ia sudah gelisah dan gerah.

"Ah udahlah, Ra juga udah telat. Kalau terus mikirin nih baju yang ada bisa sampai sejam."

Setelah mengoles bedak baby tipis ke wajah, Kenara meraih slink bag dan ponsel yang terletak di nakas. Namun begitu hendak pergi, Kenara menyipit begitu menatap keganjilan pada jam beker.

Mata Kenara membulat sempurna.

"Ma ... Ini masih jam delapan ...." teriak Kenara baru sadar sudah dikerjai Zira.

***

"Mama kebiasaan. Jam delapan bilangnya jam sembilan. Ra udah rapi, Mah, padahal masih sejam lagi," rengek Kenara mengambil duduk di meja makan.

Zira yang sibuk di dapur hanya terkekeh mendengar putrinya yang kesal.

"Ih kan Mama malah ketawa aja. Ini udah rapi, Ma. Udah wangi. Yang ada nanti bau keringat kalau kecepatan kayak gini." Cemberut Kenara memasang wajah bete.

"Udah, makan dulu nanti ngomongnya," ucap Zira yang membuat Kenara kini melongo.

"Aku lagi kesal, Ma."

"Mama tau."

Kenara mengerucutkan bibir, dengan cepat melahap sarapan paginya dengan embel-embel ngambek.

Cinta Dalam Hijrah || SELESAIजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें