• IGATT - 17 •

1.4K 228 19
                                    

Happy reading!

••••


Rose merapatkan jaket ungu tua yang sedang di pakainya itu ke tubuhnya, ia menatap angin yang berhembus seiring hujan yang terus mengguyur dengan kesal. Cuaca sedang tidak bisa ditebak──yang bagaimana bisa saat Dino mengajaknya untuk bertemu di sebuah cafe lewat pesan singkat pagi ini cuaca sangat cerah, bahkan bisa dibilang terik hingga kulitmu terasa hendak terbakar.

Namun, tepat setelah Dino hendak mengantarnya pulang siang ini, cuaca tiba-tiba hujan dengan udara yang lembab. Rose menggerutu dalam hati, padahal jika saja tidak hujan mungkin saat ini ia dan Dino sedang berjalan berdua di sebuah taman yang menuju rumahnya. Rose sudah menyusun rencana itu dengan baik, dan hancur oleh hujan yang tiba-tiba datang.

"Manyun mulu kayak bebek."

Rose menoleh, mendapati Dino yang duduk di sebelahnya sambil menyodorkan satu cup cokelat panas. Mereka sedang berteduh di sebuah halte yang dipenuhi orang-orang bertujuan sama; berteduh dari hujan. Terbukti dari beberapa bus yang berhenti, tak ada satupun diantara orang-orang itu yang menaikinya sekalipun sang supir meneriaki ajakannya. Rose menerima uluran cokelat panas itu dengan senang hati.

"Harusnya gue tadi bawa mobil," ucap Dino sambil meminum cokelat panas miliknya setelah mendudukkan diri disebelah Rose.

Rose menggeleng, "Gak papa, lagipula mobilnya dipake kakak lo 'kan? Kasian kalo beliau harus bolak balik make motor."

Rose mencoba menghibur, namun rasa bersalah sepertinya enggan hilang dari pikiran cowok itu. Senggang sejenak, keduanya berfokus pada cup masing-masing sambil memandangi aliran air yang mengalir dari atap halte.

"Anw, lo mau lanjutin kuliah dimana?" tanya Rose.

"LA." Dino terdiam sebentar, lalu menoleh kearah Rose disebelahnya. "Maaf harus ninggalin lo, Rosie."

Gadis itu tersentak sedikit, dengan tatapan linglung seakan berkata apa? Sedangkan Dino, cowok itu terkekeh pelan mendapati Rose yang berwajah cengo sambil menatapnya.

"Gak usah kaget gitu dong, Rosie adalah panggilan dari gue buat lo mulai sekarang. Gak ada yang boleh manggil lo begitu selain gue."

Gadia itu lantas terkekeh pelan. "Gue merasa jadi pembalap."

"Iya, lo udah buat jantung gue balapan gak jelas."

Rose menyembunyikan wajahnya yang memerah dengan memukul lengan atas Dino. "Basi!"

Dino mengangkat bahunya setelah menghindar dari pukulan yang dilancarkan Rose. "Basi-basi gini yang penting bisa bikin lo blushing."

"Bodo amat!"

Saking gemasnya, Dino mengacak puncak kepala Rose dengan lembut, hingga Rose terdiam sejenak. Ya, perkenalkan inilah Dino Mahardian, sang mantan Ketua Osis SMA Kartini yang telah menjadikan jiwa periang Rose seakan lebur menjadi agar-agar seketika. Gadis kelinci yang lincah itu menjadi kucing manis ketika didekat Dino.

Keduanya terdiam kembali setelahnya. Rose mengubur ledakan dihatinya dengan menyesap kembali cokelat panasnya, mengabaikan lirikan orang-orang pada mereka yang menatap seolah-olah Rose dan Dino adalah anak muda yang tidak bermoral── pacaran di halte yang ramai.

"Rosie, lo percaya nggak kalau hujan itu membawa rindu?" Dino bertanya setelah keheningan menguasai beberapa detik.

Rose mendelik. "Pertanyaan lo kaya sadboy, tau nggak?"

Alih-alih tersinggung, cowok itu hanya terkekeh pelan sambil menatap cewek berambut panjang itu. Rose sedikit terperangah lantas bertanya-tanya, kemana sosok galak Dino semasa menjabat sebagai Ketua Osis dulu? Bahkan Rose yang menjadi anggota Osis saja sering terkena semprot darinya. Tapi kini, kenapa Dino sangat lembut padanya?

Ice Girl And The TroublemakerOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz