Bibir Lalisamaju beberapa cm, mengerucut tajam sambilbersidekap dada. Duduk bersila di atas kursi taman berwarna biru, gadis itu memalingkan wajahnya dari Jeffrey yang datang lalu duduk di sebelahnya.
Biasa, bukan teman namanya kalau nggak dikit-dikit baku hantam.
Manik Jeffrey mengerjap beberapa kali; polos dan lucu. "Kenapa? Apa mobil-mobilan punya Jeffrey jelek?"
"Jelek."
Jeffrey tidak tahu saja kalau beberapa perempuan itu tidak main mobil-mobilan saat kecil. Termasuk Lalisa salah satunya. Setelah menggaruk kakinya yang di gigit nyamuk, Jeffrey lantas bangkit dan berjalan menjauh. Entah kemana.Lumayan lama, dia kembali dengan kedua tangan di belakang punggung. "Jeffrey mau---"
"KENAPA NINGGALIN AKUU?"
Terkesiap, Jeffrey lupa kalau Lalisa itu takut sendirian. Lagi ngambek juga bakalan teriak-teriak kalau tau temennya tiba-tiba hilang.
Jeffrey dibuat bingung. Dia menarik salah satu tangannya dengan susah payah ke depan, menyerahkan bunga-bunga yang entah dia dapat dari mana. Kalau Bunda Wendy tahu, beliau bisa marah karena Jeffrey merusak fasilitas umum di taman---mencabut bunga sembarangan.
"Mau bunga nggak?" Katanya.
"Kamu ngambil sembarangan ya? Nanti Tante Wendy bisa marah."
"Ya jangan bilang-bil---hatchim!"
Kalimatnya terpotong karena Jeffrey tiba-tiba bersin. Bunga-bunga itu membuat hidungnya gatal. Lalisa hanya bisa diam, mencerna Jeffrey kenapa.
Kemudian angin berhembus, bunga-bunga tersapu dan butiran-butiran kecil --- entah serbuk sari atau debu --- berterbangan. Saat itulah ia menyembunyikan tangan di belakang punggung kembali dengan harapan partikel halus itu tidak akan menusuk hidungnya lagi.
Sudah mendapat jawaban, dengan iseng Lalisa mengambil bunga yang jatuh dan sengaja menggoyangkannya tepat di depan wajah Jeffrey. Sontak,udara semi otonom kembali keluar dengan keras lewat hidung dan mulutnya.
