• IGATT - 35 •

1.1K 101 9
                                    

Langkah kaki Lalisa mendadak tidak beraturan. Sungguh, ia memang tidak tahu apa maksud dari pesan yang baru saja diterimanya di ponsel Benua, tapi pikirannya sudah dipenuhi banyak dugaan.

Tepat ketika ia sampai di puncak, pada anak tangga terakhir yang terasa memakan waktu lama, ia menumpu tubuhnya pada gagang tangga dengan tangannya yang gemetar. Napasnya tersenggal-senggal seperti seseorang yang baru saja berlari. Keringat dingin menetes di dahinya, mengalir ke dagu dan matanya mampu melihat keringatnya menetes ke bawah.

Siapa S/416d75? Apa B/456e7561 yang dimaksud adalah Benua?

Tolong, jangan katakan ...

"Jadi, lo udah lihat?"

Lalisa mendongak untuk mendapati Benua yang bersender di pintu rooftop sambil bersidekap dada.

Kakinya yang masih terpaku pada anak tangga terakhir dan matanya yang menatap Benua di atasnya seperti meluncur begitu jauh.

Rasanya, sosok Benua telah terganti. Menyisakan dia; yang berdiri begitu dingin di ambang pintu dengan mata tajamnya yang seakan mampu untuk membelah dua Lalisa.

Suaranya nyaris mencicit ketika ia berkata, "Apa maksud--"

"Iya." Benua memotong tanpa jeda. "Gue gabung ke permainan yang udah ngebunuh Mama."

Mata Lalisa melebar, hingga rasanya bola matanya bisa jatuh dan menggelinding begitu saja. Hatinya mencelos. Beberapa sekon kemudian, Lalisa melangkah lebar-lebar ke arah Benua.

Sementara cowok itu melangkah mundur sembari mengernyit. Tatapan nyalang bercampur rasa putus asa yang dilayangkan Lalisa untuknya membuatnya terganggu.

Kenapa Lalisa menatapnya dengan tatapan begitu?

Ini adalah lukanya, dan ia berhak mengambil tindakan apapun atas itu. Lalisa memang cewek yang menjadi tuan dari hatinya, tapi baginya, meskipun mereka memiliki masa lalu yang tidak menyenangkan, mereka berbeda.

Tahu apa Lalisa tentang dia?

Benua berhenti melangkah mundur. Ia menunduk, sembari menerima pukulan-pukulan yang Lalisa layangkan beserta makian. Benua menggigit daging dalam bibir bawahnya diantara gigi-giginya.

Padahal Lalisa duluan yang meninggalkannya demi mantan pacarnya, tapi kenapa cewek itu sebegitunya padanya?

"Ternyata kita punya trauma yang sama." Tatapan Benua tidak lagi dipenuhi oleh ujung sepatunya. Kini penglihatannya dipenuhi oleh sosok Lalisa yang tampak kacau ketika ia perlahan mendongak. "Waktu pertama kali nemuin permainan itu, gue juga sama kaya lo. Tapi, emangnya lo tau apa? Ini keputusan gue, Lis. Lo nggak akan paham."

"Mau menang atau kalah, lo bakalan tetep mati 'kan?" Lalisa menjauh dari Benua, mengambil nafas panjang dan mengangkat tangan kanannya yang masih menggenggam ponsel Benua ke hadapan cowok itu. Lalisa sebisa mungkin mengatur ekspresi, mencoba mengembalikan ketenangan lewat helaan nafas. "Apa pantes, lo nanya kaya gitu ke gue? Asal lo tau, Benua Besnanta. Ayah Alfa juga meninggal berkat permainan itu."

Benua tercekat. "Apa?"

Sedangkan Lalisa menajamkan matanya, berkata dengan kilatan amarah, "Dan orang yang ngebunuh beliau adalah Mama lo!"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 31, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Ice Girl And The TroublemakerWhere stories live. Discover now