32 - Kita Dan Bintang

Start from the beginning
                                    

"Aku dulu sempat jadi biang onar, suka bully anak orang, tapi sebenarnya aku tuh nggak terlalu ikut bully, cuma lingkunganku seperti itu. Hingga aku mulai sadar dan berubah saat menyakiti seseorang yang harusnya tidak aku sakiti. Hingga aku jadi beralih membelanya, dia tidak suka tindakanku, tapi yah akhirnya kita jadi lumayan dekat, dengan Plan juga." Mark ragu harus menceritakan tentang Saint atau tidak.
"Lalu apa kamu masih dekat dengan selain Phi Plan itu? " tanya Perth kepo.
"Dia menjauh karena kecewa." kata Mark.

Perth menghela nafas.

"Kamu menyakitinya lagi?" tanya Perth.
Mark terdiam sejenak.
"Aku tidak sadar melukainya, aku tidak tahu akan melukainya." kata Mark.

Perth terdiam menatap wajah Mark yang sendu.
"Apa kamu menyesal?" tanya Perth.
"Tidak, toh aku tidak pernah berniat melukainya, aku memang beralih baik padanya, aku mulai berubah tidak lagi membully orang lain, namun dia salah mengartikan perasaanku hingga dia mengaku suka padaku. Aku menolaknya." Mark menjelaskan perihal rasa yang pernah ia kecewakan.
"Kenapa Phi menolaknya? Bukannya jika ada yang menyukaimu, kamu menerima perasaanya karena menghargai?" tanya Perth heran.
"Karena dia lelaki, aku bukan gay, dan sejujurnya kamu adalah lelaki pertama yang membuatku jatuh cinta." kata Mark dengan jujur, ia tidak pernah tertarik pada wanita atau lelaki manapun, hanya pada Perth rasa tertariknya muncul. Jantungnya berdegup kencang, hanya karena Perth Thanapon.

Perth terdiam memahami, toh ia juga bukan Gay jika tidak karena Mark. Mark lah yang membuat Perth jadi Gay.

"Aku mengerti." kata Perth kemudian sambil tersenyum.
Mark ikut tersenyum, menatap Perth sedekat ini membuat dirinya jadi mabuk kepayang akan pesona Perth.
Di bawah sinar Bulan dan terang para Bintang, Perth terlihat semakin cantik.

Mark beranjak duduk, lalu menarik tubuh Perth untuk ikut duduk.
Perth melihat wajah Mark memerah.

Ia pun merasa wajahnya ikut memanas ditatap seduktif oleh Mark.
Siwat mesumnya kambuh.

Mark mengangkat tubuh Perth untuk ia gendong masuk ke kamar.

"Phi mau apa?" tanya Perth panik.
"Jangan khawatir, aku tidak akan melakukan lebih kok." semoga omongan Mark bisa dipercaya.
Perth mengalungkan tangannya di leher Mark, digendong ala koala.

Mark duduk ditepi ranjang dan tetap membiarkan Perth duduk di pangkuannya.

Mark memegang pinggang Perth menahannya agar tidak jatuh, sedang tangan satunya menarik tengkuk Perth untuk melumat bibir Perth.
Mark mencium Perth dengan penuh perasaan bercampur nafsu.

Perasaannya campur aduk,  berusaha menghilangkan perkataan Saint yang menganggunya tadi tentang lelaki itu yang juga menginginkan Perth.

Mark membenci fakta orang lain menginginkan apa yang sudah ia klaim sebagai miliknya. Meski masih sebatas pacar, Mark tidak suka.

"Emhhh, phiiii." Perth merasa kehabisan nafas dan mendorong-dorong dada Mark.

Mark melepaskan ciumannya, dan menatap Perth yang terengah karna kelakuannya barusan.

Perth malu ditatap seintens itu.

Mark memeluk tubuh Perth erat.

"Kamu hanya punyaku, cuma aku yang boleh menyukaimu." kata Mark lirih.
Perth berusaha menetralkan nafasnya, namun ia memeluk balik pacarnya.

"Aku sayang Phi Mark." kata Perth berbisik lirih.
"Aku tahu." kata Mark sambil tersenyum.

Ia membaringkan Perth, dia ikut berbaring sambil memeluk Perth.

"Aku mengantuk Phi." kata Perth sambil matanya sudah sayu karena kantuk.
Mark menatap Perth sambil tersenyum.
Ia cium kening Perth dan bibirnya,  sekilas.

Heartbeat (MP - End)Where stories live. Discover now