Sun Bakery

4.2K 133 15
                                    

"Kebahagiaan itu mudah, bisa bernapas dan tertawa bersama sahabat saja sudah termasuk kebahagiaan yang tak ternilai harganya"

-- Miranda --

Semburat merah mentari baru saja muncul, malu-malu menyembul di antara puncak pepohonan di taman. Surabaya sepertinya akan cerah sekali hari ini, terbukti saat matahari masih mengalahkan keberadaan hujan beberapa bulan ini.


Tepat saat sinar mentari mulai menyeruak menembus kaca jendela dapur Sun Bakery, Mira mengeluarkan loyang yang berisi kue lapis kukus dari steamer besar berbahan stainless steel dan kaca, meletakkannya di meja dapur berukuran 2 x 1 meter yang penuh dengan kue lapis yang akan di bungkus. Harum sedap kue yang baru matang memenuhi dapur, manis dan hangat.

"Mbak, kalau nanti kuenya sudah dibungkus semua, jangan lupa dihitung lagi kalau mau dimasukkan ke kantong plastik ya. Totalnya harus 200 kotak," jelas Mira.

"Iya, Mbak Ra," jawab Mbak Nana, karyawan Sun Bakery yang sudah bekerja sejak awal toko ini berdiri setahun yang lalu.

Mira melepas apron dan oven mitt yang sedari tadi dipakainya, menuju meja kasir dan mulai memasukkan sederetan angka. Tak lama kemudian keluar secarik kertas nota dari bon printer.

Sun Bakery adalah usaha toko roti milik Mira, setelah belajar boga selama 2 tahun, dia memutuskan mencoba membuka toko roti dengan menyewa sebuah ruko di depan taman kota. Jenis kue yang dijual lumayan banyak, ada cake, pastry, pudding, cookies, dan aneka dessert lainnya. Tapi yang menjadi andalan adalah kue lapis kukus yang menjadi icon  Kota Surabaya. Lokasinya yang dekat dengan kawasan sekolah dan taman kota, membuat tokonya ramai pembeli sehingga lebih cepat berkembang. Dari yang awalnya hanya memiliki 2 orang karyawan, kini Mira mempunyai total 6 karyawan di tokonya.

Biasanya Sun Bakery baru akan buka pada pukul 10 siang dan ditutup pada pukul 8 malam. Karyawannya masuk kerja jam 9, untuk bersih-bersih dan menyiapkan roti yang dipajang di etalase toko. Sedangkan tim dapur sudah mulai bekerja jam 6 pagi. Namun, karena ada pesanan kue yang harus selesai pukul 7 pagi, Mira akhirnya melemburkan tim dapur yang berjumlah 3 orang dari jam 3 pagi untuk menyelesaikan pesanan tersebut.

"Mbak Ra, pesanan kuenya sudah lengkap 200 kotak," kata Mbak Nana. Terlihat keringat menyembul dari kening wanita berumur 35 tahun itu.

"Oke, sip, Mbak Nana. Terima kasih ya, maaf karena tim dapur harus lembur dari pagi," kata Mira memelas.

"Tidak apa-apa, Mbak Ra. Yang penting pelanggan puas."

Mira tersenyum, bahagia sekali rasanya memiliki tim dapur yang cekatan seperti Mbak Nana. Dua orang tim dapur yang lain, Mirna dan Eka, juga tak kalah cekatan. Mereka masih muda, berusia sekitar 22 tahun. Hanya selisih 2 tahun dari Mira yang kini menginjak usia 24 tahun.

"Mbak Nana bisa tolong bikin sarapan? Buat Mbak Nana, Mirna dan Eka saja. Sudah hampir jam 7, sudah waktunya sarapan. Tadi kesini pasti belum ada yang sarapan kan?" kata Mira.

"Iya, Mbak. Lha terus Mbak Mira gimana sarapannya?" tanya Mbak Nana.

"Saya gak usah, Mbak. Mau antar kue ini dulu. Nanti sekalian mampir rumah, bisa sarapan di sana."

"Lho, Mbak Mira sendiri yang antar? Kok tidak menyuruh Budi saja?"

"Tidak apa-apa, Mbak. Budi nanti biar masuk kerja seperti biasa. Toh dekat juga dari rumah."

Mbak Nana manggut-manggut, semenit kemudian memanggil Mirna dan Eka agar  membantu memindahkan kue untuk dimasukkan ke dalam mobil.

Mira memeriksa ponsel yang sedari tadi luput dari perhatiannya. Ada pesan Whatsapp yang masuk beruntun dari Faya, sahabat karibnya.

PAINFUL LOVE [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang